Baca Juga: Harga Pertamax Resmi Naik, Ini Manfaat Oktan 92 yang Terkandung
Baca Juga: Resmi Jadi Rp 12.500 per Liter, Begini Spesifikasi Bensin Pertamax
Pakar Ekonomi Energi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran, Yayan Satyaki, menilai potensi pergeseran pengguna Pertamax ke Pertalite cukup tinggi.
Sehingga, ia menyarankan adanya pembatasan jumlah kuota Pertalite di daerah yang pendapatan per kapitanya tinggi.
"Misal Pertalite dijual melimpah di wilayah pedesaan, sementara kawasan perkotaan semuanya Pertamax," kata Yayan secara terpisah.
Apabila Pertalite dijual di wilayah perkotaan, Yayan menyarankan agar pembelinya dibatasi hanya untuk kendaraan berpelat kuning alias transportasi umum.
Dengan begitu, Pertalite tetap ada di perkotaan dan peruntukkannya bisa lebih efektif.
"Kuotanya dibatasi untuk transportasi publik saja," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi mengungkapkan momen Ramadan 2022 yang diikuti dengan kondisi ekonomi yang pulih bisa mendorong peningkatan konsumsi BBM.
Jadi, Pemerintah Pusat bersama Pertamina pun berusaha untuk memastikan pasokan BBM khususnya Pertalite bisa tersedia terus.
Bahkan, mereka juga akan meningkatkan pasokan BBM jenis Solat agar stoknya bisa tersedia selama lebih dari 20 hari.
"Pertamina telah melakukan pengecekan langsung ke lapangan demi terjaminnya ketersediaan BBM serta mengantisipasi peningkatan kebutuhan khususnya di bulan Ramadan 2022," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Tekan Shifting ke Pertalite, Kendaraan Pemerintah dan BUMN Diminta Tidak Konsumsi BBM Bersubsidi.
Editor | : | Muhammad Ermiel Zulfikar |
Sumber | : | Tribunnews.com |
KOMENTAR