"Kami menemukan solusi yang benar-benar berbeda dibandingkan sebelumnya, karena mesinnya masih akan dipasok dari Jepang sampai 2025, kami sama sekali takkan menyentuhnya," ungkap penasihat Red Bull, Helmut Marko, dilansir GridOto.com dari Autosport.
"Itu artinya hak paten dan semuanya masih dipegang Jepang, yang mana itu penting untuk 2026 saat kami menjadi pendatang baru," jelasnya.
Marko tak menampik, hasil gelar juara F1 2021 yang diraih Max Verstappen membuat keputusan mundurnya Honda berubah.
"Untuk menuju kesuksesan lebih besar, kami memikirkannya lagi dengan orang Jepang, dan juga mereka bisa menggunakan pengetahuan soal baterai dalam produk elektrik mereka," sambung Marko.
"Awalnya mereka hanya membuat mesin untuk 2022, tapi sekarang diputuskan lanjut sampai 2025, yang mana itu menguntungkan bagi kami, karena kami hanya perlu membuat kalibrasi dan penyesuaian," tegasnya.
Editor | : | Dida Argadea |
Sumber | : | autosport.com |
KOMENTAR