Baca Juga: Penting Buat Ada di Mobil, Inilah Sejarah Ditemukannya Airbag
"Di tengah ketidaktahuan penyakit Malaria ini, Van Imhoff mencari alternatif pengobatan dengan memindahkan rumah tinggal para elit dengan membangun resort yang mengarah ke selatan Batavia," kata Rizal.
Alasannya menurut Rizal, karena alamnya semakin ke Selatan semakin baik ketimbang di Batavia.
Rizal menyebut, tempat yang kini jadi Istana Bogor merupakan titik awal ditemukannya Puncak.
"Lalu rumah peristirahatan yang dibangun misalnya ada di Cimanggis, Depok yang dibuat Gubernur Jendral Van Der Varra hingga rumah peristirahatan Baron Van Imhoff yang kini menjadi Istana Bogor yang dulu bernama Buitenzorg alias Bogor," ungkapnya.
Wilayah Bogor yang dulu sangat asri, membuat Van Imhoff mendirikan tempat pengobatan alternatif semacam Spa.
"Sebagai keturunan Jerman, Van Imhoff mengimpor sistem pemulihan kesehatan alternatif dengan Spa di lingkungan yang alami, sehat dan udaranya sangat baik di tempat yang sekarang kita kenal bernama Kawasan Puncak. Sementara udara di Batavia begitu bau busuk dan pengap saat Malaria mewabah," tutur Rizal.
Singkat cerita ia mengungkapkan, Bogor dan Kawasan Puncak lambat laun berkembang menjadi ruang penelitian para ilmuwan untuk menemukan obat Malaria.
"Pada 1815, Raja Belanda Willem I mengirim Botanicus Belanda untuk menjajaki dan menggali potensi perkebunan di Bogor, tepatnya di rumah Baron Van Imhoff. Hal ini berlanjut hingga dibentuknya Kebun Raya Bogor untuk tempat penelitian," ungkap Rizal.
Baca Juga: Ganjil-Genap Tetap Berlaku di Puncak Bogor Hingga Tahun Baru 2022, Ditambah Ada Pengalihan Arus
Editor | : | Ditta Aditya Pratama |
KOMENTAR