GridOto.com- Mediasi yang dilakukan pemilik Muhammad Al Abdullah, pemilik Grand Cherokee dan prinsipal Jeep, Stellantis sepertinya tidak menemukan jalan alias buntu.
Menurut pengakuan Memet panggilan Muhammad Al Abdullah, Stellantis tidak mengganggap mediasi yang dilakukan.
"Dicuekin. Nggak dianggap. Ya sudah, jalan terus," bilang Memet.
Memet mengaku sudah berkonsultasi dengan pengacaranya untuk melanjutkan langkah hukum untuk menyelesaikan permasalah yang dihadapinya.
"Minggu depan akan didaftarkan ke pengadilan," bilangnya.
Baginya, persoalan ini bukan sekadar memenuhi keadilan bagi dirinya.
Namun juga agar pihak prinsipal asing tidak semena-mena terhadap konsumennya.
Baca Juga: Hasil Investigasi Kecelakaan Grand Cherokee Keluar, Pemilik: Pengin Mobil Diganti!
"Selama ini dianggap bodoh saja. Mereka merasa berada di atas dan konsumen tidak bisa ngapa-ngapain," bilangnya.
Namun sebelum menempuh jalur hukum nanti, pihaknya sudah melakukan korespondensi kepada beberapa pihak di Amerika Serikat sebagai negara tempat dimana prinsipal berada.
"Saya sudah kirim surat beberapa hari lalu kepada NHTSA, semacam badan keselamatan jalan raya di Amerika," bilangnya.
Dirinya juga surat berkirim surat kepada Lembaga Konsumen Amerika.
"Yahh. semacam YLKI di Indonesia. Gue udah kirim surat untuk mendapatkan perhatian dari lembaga tersebut terhadap kasus ini," tegasnya.
Jadi, menurutnya, mestinya surat itu sudah diterima mereka dan harusnya sudah mendapatkan respon awal.
Namun, menurut Memet, pengiriman surat tersebut tidak serta merta menghilangkan keinginan untuk lanjut ke pengadilan.
"Gue bakal fight," cetusnya.
Kasus ini bermula kecelakaan yang dialami Memet di Tol Kanci arah Jawa Tengah, Kamis, 15 Juli 2021.
Memet mengaku sedang menyetir sendiri menuju Jawa Tengah.
Saat sedang melaju di jalur kanan Tol Kanci, tiba-tiba ada mobil Toyota Avanza yang masuk ke jalurnya secara mendadak.
Untuk menghindari tabrakan dengan Toyota Avanza, Memet langsung menginjak rem secara maksimal.
Sayangnya, alih fitur Active Brake Collision System (ABCS) tidak dapat membantu pengeremannya, fitur ini tidak berfungsi dan memaksanya menginjak rem secara manual.
Pihak Stellantis mengaku sudah melakukan investigasi seperti dalam keterangan resminya.
Perusahaan induk Jeep disebutkan tidak ada tanggung jawab manufaktur yang ditemukan dalam insiden ini.
Seat belt menjadi sistem penahan keamanan utama dalam kendaraan pada saat kejadian.
Area tabrakan/tumbukan utama berada di bagian atas dari area fokus sensor Supplemental Restraint System bekerja, dengan energi benturan yang dihamburkan oleh berbagai struktur lembaran logam.
"Laju perlambatan yang diperlukan untuk mengaktifkan airbag system tidak terpenuhi,” kata Dhani Yahya, COO PT Das Indonesia Motor distrbutor resmi Jeep Indonesia meneruskan pernyataan resmi Stellantis.
Editor | : | Hendra |
KOMENTAR