"Ketika berusia 15, 16, 17 tahun dan kau mengalami itu semua, itu sangat buruk. Lalu kakiku patah dan ada yang salah secara mental, aku tak sekuat saat ini. Butuh waktu lama bagiku untuk kembali, bahkan ketika aku crash aku butuh waktu lama untuk mendapatkan kecepatanku lagi," ungkap pembalap bernomor 20 ini.
"Pertengahan 2015 sampai awal 2018, itu masa-masa yang buruk, sangat buruk. Aku bisa sedikit memperbaiki kecepatanku pada akhir 2017, dan sejak Le Mans 2018 kami membuat langkah besar," tegasnya.
Quartararo pun kembali merebut perhatian publik saat menang balapan Moto2 di Barcelona pada 2018 silam.
Pada tahun tersebut, Quartararo memang banyak mengubah teknis motor dari sebelum-sebelumnya karena merasa ada yang tidak cocok.
Hanya saja itu jadi satu-satunya kemenangan Quartararo, sehingga tidak istimewa bagi kebanyakan orang.
Tapi Quartararo menang dengan memakai motor Speed Up yang dianggap beberapa orang sebagai sesuatu yang sangat istimewa.
Saat itu muncul anggapan, pembalap yang bisa menang dengan Speed Up bukan pembalap biasa.
Pada seri selanjutnya di Assen, Quartararo membuat kejutan lagi dan meraih podium 2, meskipun pada balapan tersisa hasilnya biasa.
Hal itu juga yang jadi salah satu alasan Yamaha dan SRT merekrutnya di 2019, meskipun bukan sebagai pilihan utama dan pertama.
"Aku akan terus mengingatnya, kembali ke Assen saat Eric Mahe (manajer Quartararo saat ini) bilang padaku soal peluang ke Petronas, aku bertanya apa itu di Moto2, tapi dia bilang MotoGP dan aku sangat wow kala itu," tegasnya.
Quartararo sempat deg-degan menunggu panggilan dari Petronas Yamaha SRT kala itu, dan tak berpikir panjang untuk menerimanya.
Editor | : | Muhammad Ermiel Zulfikar |
Sumber | : | The-race.com |
KOMENTAR