GridOto.com - Bagi para penggemar balap motor road race di Indonesia, figur Harlan Fadhillah mungkin sudah tidak asing lagi.
Apalagi, Harlan Fadhillah juga membalap bersama figur-figur lainnya yang menjadi bagian ‘era keemasan’ balap motor road race Indonesia di era ‘90-an akhir dan 2000-an awal.
“Setelah tahun 2000 itu saya naik ke kelas seeded,” ujar Harlan Fadhillah kepada GridOto.com di kawasan Sentul, Jawa Barat beberapa waktu lalu.
“Jadi ketemu Hendriansyah, Ahmad Jayadi, Poppy (Rafid Poppy Sugiarto), Felix (Judianto), Dicky Setiawan, istilahnya orang-orang yang batu semua lah,” tawanya.
Meskipun begitu, Harlan mengaku tidak gentar menghadapi nama-nama besar tersebut berkat pelatihan yang diterimanya ketika menghadiri sekolah balap di Australia medio 90-an akhir.
Pelatihan yang ia terima pun cukup komprehensif, tidak hanya mengenai cara membalap namun juga mengenai komponen teknis sebuah motor balap.
“Saya masih ingat hari pertama sekolah itu bukan ngeliat sirkuit tapi ngeliat motor, jadi dari rangka sampai suspensi kami diajarkan fungsi-fungsinya dan dasar-dasar setting mereka juga,” ujar pria kelahiran 1983 itu.
Pendidikan tersebut pun ia manfaatkan untuk mengukir prestasi di dunia balap Indonesia maupun internasional.
Sebelum akhirnya memutuskan untuk gantung helm dari kejuaraan balap motor profesional pada 2018 lalu.
“Alasannya ya udah bosan aja dan dalam hati juga ngerasanya tuh saya tidak bisa cuma balapan aja,” aku Harlan.
“Teman-teman pembalap yang udah duluan (pensiun) juga nasehatin saya, ‘mau sampai kapan balap? Mendingan buat sesuatu yang bisa bermanfaat di dunia balap,” ujarnya.
Ia mengatakan, nasehat tersebut pun mendorongnya untuk menggagas pembuatan motor balap MiniGP buatan lokal setelah pensiun sebagai pembalap professional.
Motor balap MiniGP dipilih untuk membantu melengkapi penjenjangan pembalap muda di Indonesia.
“Apalagi karier balap saya juga kan bisa dibilang lahir dari motor-motor kecil seperti Honda NSR 50,” imbuh Juara Kejurnas balap motor dua kali tersebut.
Bekerjasama dengan pemilik produsen sparepart balap SND yaitu Sandy Agung yang juga merupakan eks pembalap, pengerjaan proyek MiniGP tersebut pun dimulai pada 2018.
Harlan juga turun langsung dalam pengembangan motor tersebut sebagai test rider, memanfaatkan latar belakangnya sebagai pembalap dan pengetahuan teknis yang ia miliki.
Proyek motor MiniGP tersebut juga membuatnya bertemu kembali dengan seorang teman lama, yaitu Rachmat Alrasyid yang juga merupakan mantan rekan satu tim Harlan di tim Yamaha Caltex pada 2003 silam.
“Awal ketemu Acid (panggilan akrab Rachmat) sebenarnya di luar rencana, saat saya sudah mulai proyek ini dengan SND dia tiba-tiba muncul dan ternyata punya proyek yang sama (membuat motor MiniGP),” ungkap Harlan.
“Setelah banyak diskusi dan memang nyaman kerja bareng dia, akhirnya kami gabung dan membuat Alrasyid Indo Racing (AIR) ini,” tambah pria yang juga baru buka bisnis kuliner itu.
“Prosesnya lumayan panjang, tapi kalau dilihat hasilnya saya pribadi ada kebanggaan juga bisa produksi motor balap lokal Alrasyid SND AP10 ini,” lanjut Harlan.
Tapi, ambisi Harlan dan Acid untuk AIR tidak berhenti di membuat motor MiniGP Alrayid SND AP10 saja.
Namun, mereka ingin punya peran yang lebih aktif dalam pembibitan pembalap muda Indonesia melalui kompetisi bertajuk AIR Peduli yang mereka selenggarakan.
“Nggak semua anak kecil itu punya kesempatan dan terutama kemampuan finansial yang sama,” ujar Harlan.
“Makanya di AIR Peduli ini kami sediakan semuanya mulai dari motor balap, wearpack, sampai ban, jadi mereka hanya perlu fokus balapan,” imbuhnya.
“Sehingga mereka yang punya potensi bisa siap go international sejak muda, karena dunia perlu tahu bahwa Indonesia punya banyak pembalap muda berbakat,” tutup Harlan.
Editor | : | Hendra |
KOMENTAR