Baca Juga: Yamaha DT125 Dicustom Jadi Scrambler, Tampang Lebih Simpel dan Modern
Tapi cita-cita tersebut baru bisa dipenuhi saat mengenyam bangku SMA, berkat motor pertamanya yaitu Yamaha DT 125.
“Zaman itu kan kebanyakan motor bebek, tapi saya melihat ada satu motor yang beda sekali yaitu Yamaha DT 125, yang khas warnanya kuning,” ungkap Dyon.
“Motor itu kesannya keren sekali. Bukan hanya karena desain motor trail yang memang beda di zaman itu, tapi dari suaranya juga,” imbuh lulusan Teknik Sipil ITB tahun 1986 ini.
Ia mengatakan, suara yang dihasilkan mesin 2-tak 123 cc milik Yamaha DT 125 menjadi salah satu alasan terbesar dirinya jatuh cinta dengan motor trail legendaris tersebut.
Tidak hanya karena suara yang ‘renyah’ khas motor 2-tak, namun juga volume suara Yamaha DT 125 yang keras membuatnya menjadi pusat perhatian.
“Dari jauh pun orang sudah noleh karena suaranya keras, dan kalau di jalan itu memang suka sengaja (saya) ngegas-nya kencang-kencang agar orang lihat semua,” aku Dyon.
“Juga namanya anak SMA kelas 10, sekalian ingin menarik perhatian lawan jenis lah,” tawanya.
“Padahal kalau boleh jujur sih kaki saya tidak sampai (buat menapak), tapi karena tampilan Yamaha DT 125 itu gagah ya sayanya juga jadi ikut merasa gagah,” tutup Dyon.
Editor | : | Muhammad Ermiel Zulfikar |
KOMENTAR