GridOto.com - Sejumlah pabrikan mobil Jepang menyatakan komitmennya untuk berinvestasi di Indonesia, salah satunya untuk pengembangan mobil listrik.
Hal ini disampaikan langsung oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) saat melakukan kunjungan kerja di Jepang pada Maret 2021 lalu.
Lewat keterangan resminya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengklaim mendapatkan komitmen investasi dari beberapa perusahaan otomotif seperti Toyota, Suzuki, Honda, dan Mitsubishi Motors setelah melakukan kunjungan kerja ke Jepang selama dua hari.
“Pertemuan berjalan dengan baik dan membawa kabar gembira, karena beberapa perusahaan otomotif besar dan petrokimia menyatakan komitmen berinvestasi di Indonesia,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang, dalam keterangan resminya, Kamis (11/3).
Menperin menuturkan, pertemuan dengan prinsipal Honda Motor Company Ltd. berbuah pada komitmen investasi sebesar Rp 5,2 triliun dari perusahaan tersebut.
Suzuki Motor Corporation juga berencana menginvestasikan Rp 1,2 triliun, sementara Toyota Motor Corporation akan merealisasikan investasi yang sudah ada yaitu sekitar Rp 28 triliun.
Tidak ketinggalan, Mitsubishi Motors Corporation pun menyampaikan rencana investasi Rp 11,2 triliun di Tanah Air.
Melihat banyaknya pabrikan yang siap berinvestasi di Indonesia untuk pengembangan mobil listrik, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (GAIKINDO) menyambut baik hal ini.
Baca Juga: Renault Twizy Urban 80, Mobil Listrik Mungil Seharga Rp 400 Jutaan
"Para APM yang ada di Indonesia akan menambah investasi untuk produksi HEV (hybrid electric vehicle), PHEV (plug-in hybrid electric vehicle) dan BEV (battery electric vehicle), mereka sudah menyatakan komitmennya kepada Kemenperin di Jepang," ucap Jongkie D. Sugiarto, Ketua I Gaikindo.
"Tentunya kami menyambut baik komitmen-komitmen tersebut," lanjutnya saat dihubungi GridOto.com, Sabtu (24/7).
Namun, Jongkie mengatakan bahwa ekosistem manufaktur kendaraan listrik di Indonesia akan lebih baik, jika dibarengi investasi lain seperti pabrik baterai dan komponen-komponen kendaraan listrik lainnya.
Sebab jika dilihat saat ini, peminat mobil listrik di Tanah Air masih sangat sedikit akibat harga unit yang cenderung mahal.
Jongkie berpendapat, adanya pabrik komponen kendaraan listrik seperti baterai, inverter dan lain-lain bisa memangkas harga jual mobil listrik di Indonesia.
"Untuk manufaktur EV di Indonesia prospeknya bagus, tetapi karena harga bahan bakunya yang masih mahal, dan juga daya beli masyarakat Indonesia yang masih rendah, maka penjualan BEV saat ini masih rendah," kata Jongkie.
"Jika ingin ada manufaktur BEV, Indonesia harus punya fasilitas pendukung seperti pabrik baterai dan komponen BEV lainnya agar para APM bisa memproduksi BEV dengan harga lebih terjangkau, sehingga masyarakat mampu membelinya," tambahnya.
Terkait harga unit kendaraan listrik yang masih mahal, Jongkie menekankan hal ini bukan disebabkan unit yang masih diimpor secara utuh atau Completely Build Up (CBU).
Baca Juga: Rencana PPnBM Kendaraan Bermotor Diganti PPN 25 Persen, Begini Tanggapan GAIKINDO
"Ya semua BEV masih CBU. Tapi sebetulnya mobil BEV yang CBU ini biaya bea masuk, PPnBM dan BBN-nya sudah 0 persen, sesuai Pergub no. 3 tahun 2020. Jadi yang bikin mahal memang biaya produksinya," tukasnya.
"Kalau bahan baku BEV di Indonesia buatan dalam negeri, harapannya harga BEV ini bisa lebih murah," lanjutnya.
Editor | : | Muhammad Ermiel Zulfikar |
KOMENTAR