GridOto.com - Maverick Vinales tak bisa menyembunyikan amarahnya usai tampil buruk di MotoGP Jerman 2021.
Start dari posisi ke-21 (dari total 22 pembalap) Maverick Vinales berhasil finis ke-19, namun dengan catatan bahwa ada 3 pembalap crash dan gagal menyelesaikan balapan.
Artinya Maverick Vinales finis terakhir, dengan gap hampir 25 detik dari Marc Marquez yang memenangkan balapan.
Setelah kemenangan di seri pertama Qatar, performa Vinales memang langsung terjun bebas di saat sang rekan, Fabio Quartararo, berhasil konsisten di papan atas.
"Aku selalu mengalami masalah sama dan jelas bahwa ban belakangnya selip terlalu banyak. Aku sudah bilang sejak Portimao dan tidak ada solusi. Benar bahwa kami bekerja, tapi sudah 6 balapan dan tidak ada solusi," ungkap Vinales seperti dilansir GridOto.com dari The-Race.
Vinales sangat frustrasi harus melewati pertarungan di belakang, apalagi dengan motor dari Ducati.
Meskipun dengan motor lebih muda, Vinales tetap kesulitan menyalip.
"Aku mencoba tenang, bekerja, mencoba semuanya. Tapi hasilnya sama. Dan jika ada Ducati di depanmu, rasa frustrasimu tambah luar biasa," sambungnya.
"Aku seperti 15 lap berada di belakang Luca Marini dan Enea Bastianini, aku tak bisa melewati mereka. Aku sudah bersiap diri dengan baik, tapi mereka punya power lebih dan pengereman yang bisa lebih lambat," jelasnya.
Vinales menilai masalahnya mustahil untuk diperbaiki.
Bahkan Vinales merasa sudah tidak dihargai oleh Yamaha.
"'Biarkan dia ke trek mencari data dan bekerja', itu responnya. Dan apa yang kulakukan? Aku finis ke-23? Aku di sini tidak untuk finis ke-23, atau hanya mencari data atau jadi test rider. Pada akhirnya, ada waktu di mana sebagai pembalap kau sudah merasa tidak dihargai," jelasnya.
"Cara mudahnya memakai setting Fabio Quartararo, beradaptasi, memberikan usaha 100% dan melihat sejauh apa yang kubisa, tapi itu bukan solusi. Jika aku ingin menang maka aku akan melakukannya dengan motorku sendiri," jelasnya.
Vinales cukup kesal karena Yamaha yang memintanya memakai data Quartararo.
"Setting orang lain bukan solusi. Ya kadang kau bisa mengambil inspirasi dan mungkin bekerja dengan baik, tapi itu bukan solusi. Aku sudah melakukan seperti itu dan sudah berapa kali sejak Portimao," lanjutnya.
"Seharusnya tak seperti itu. Setiap pembalap punya setting masing-masing. Tak bisa memakai setting orang lain selama 2 tahun. Setiap orang memakai setting untuk gaya balapnya sendiri dan itu yang mengajariku jadi pembalap," tegasnya.
Editor | : | Dida Argadea |
Sumber | : | The-race.com |
KOMENTAR