"QTT bisa saja diulang, tetapi apakah panitia mikir ketahanan mesin motor," sungut Irwan Ardiansyah, dari Suzuki Hendriansyah Pennzoil (SHP).
Pernyataan itu terang saja muncul, lantaran ia harus ganti kruk-as baru Shogunnya seusai QTT.
Masalah ngawurnya catatan waktu juga mencuat saat QTT kelas puncak bebek underbone 2-tak seeded.
Rumor pun merebak, jangan-jangan datanya 'dimainkan' untuk kepentingan pihak tertentu.
"Bukanya curiga, tetapi kemungkinan itu sangat besar, karena semua serba tidak transparan," kata Edmond Cho, yang saat itu jadi manajer balap Yamaha.
"Pokoknya saya besok (13/12) mau protes, panitia tidak profesional. Kalau tidak ditanggapi, Yamaha bakal menarik diri," geram O'Boss, panggilan akrabnya.
Suzuki yang merasa dipojokkan angkat bicara soal keributan pencatat waktu.
Pasalnya, 62 transponder yang dipakai pembalap pinjaman dari Suzuki.
"Kita kepengin kejurnas lebih baik dari tahun lalu terutama soal penghitungan catatan waktu," bela Noerprapto H.S, yang saat itu menjabat sebagai 2W marketing event department PT Indomobil Suzuki Internasional (ISI).
Promoter balap Faryd Sungkar mengamati, kekacauan bukan disulut oleh kesalahan alat (tipe AMB versi tercanggih yang bisa merekam data kecepatan motor 200 km/jam).
Baca Juga: Otojadul: Diluncurkan Pada 1997 Inilah Kiprah Suzuki Satria 120 di Indonesia, Bebek Super di Masanya
"Koordinasi dengan RC Sentul mungkin belum sinkron," kata adik Helmy Sungkar, yang tidak pernah bermasalah soal time keeper setiap bikin balap itu.
Kekacauan makin parah ketika Irwan dinyatakan tidak lolos QTT underbone 2-tak.
Padahal finish-nya hampir berbarengan dengan Hendriansyah.
Editor | : | Dida Argadea |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR