GridOto.com - Elektrifikasi kendaraan di Indonesia terus berjalan dengan munculnya berbagai motor listrik dan mobil listrik dari merek baru hingga ternama.
Namun sebagai salah satu jenis kendaraan komersial, bus listrik hingga kini belum dipasarkan meski beberapa unitnya tengah diuji coba di jalan.
Menurut Taufiek Bawazier, selaku Dirjen Industri Logam, Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian, dirinya yakin bus listrik dapat diproduksi oleh anak bangsa.
"Kemajuan teknologi soal kendaraan ramah lingkungan yang didorong dengan pengalaman industri dalam negeri soal rancang bangun bus dan kendaraan niaga, 3 perusahaan bus listrik lokal sanggup memproduksi 1.200 bus per tahun lewat PT Mobil Anak Bangsa (MAB), PT INKA dan PT Kendaraan Listrik Indonesia," ujarnya pada webinar Bus Busworld Southeast Asia Jakarta, Selasa (2/2/2021).
Baca Juga: Ogah Ambruk dan Dilupakan, Asosiasi Bus Ceritakan Perjuangan Pengusaha Bus Saat Pandemi Covid-19 Sepanjang Tahun
Taufiek mengatakan, Kemenperin telah menyusun rencana hadirnya bus listrik yang dibarengi fasilitas dan industri pendukungnya di dalam negeri.
"Berbagai macam jenis elektrifikasi bus mulai dari hybrid hingga full listrik telah ada dalam peta jalan Kemenperin, semua sudah kami akomodasi. Kemudian pemerintah juga telah serius menyiapkan jaringan charging station, pabrik baterai dan penguatan infrastruktur kendaraan listrik," sebutnya.
Taufiek menerangkan, bus listrik akan hadir dengan menyasar daerah dan pemilik tertentu secara bertahap.
"Mungkin bus listrik akan ada di kota-kota besar dahulu menyesuaikan fasilitas pendukungnya. Kemudian bus listrik juga akan digunakan dahulu oleh pemerintahan untuk mendorong daya beli pengusaha bus. Tapi efek produksi bus listrik tentunya akan baik dalam penyerapan tenaga kerja," terangnya.
Baca Juga: Bus Bertampang Imut Asli Bogor, Milik Politikus, Punya Kabin Mewah
Di kesempatan yang sama, Kurnia Lesani Adnan selaku Chairman Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) berujar, bus listrik masih akan kesulitan beroperasi karena terkendala jarak dan fasilitas pendukungnya.
"Bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) maupun pariwisata yang jarak tempuhnya jauh dan tidak tertentu tujuan jurusannya, akan agak repot dengan titik pengisian baterainya karena sampai kini bus listrik di negara maju masih dengan jarak tempuh pendek di dalam kota," paparnya.
Sani menyebut, kendala bus listrik juga terdapat dari volume kapasitas muatan yang lebih sedikit ketimbang bus konvensional.
"Hal lain yang menjadi tantangan bus listrik untuk jarak jauh adalah luas bagasi dan daya angkut. Sebab menurut saya baterai listrik akan memakan ruang lebih banyak yang membuat kapasitas angkut penumpang jadi lebih sedikit dibanding bus konvensional. Namun kemajuan teknologi harusnya bisa mengakomodir kebutuhan operasional," paparnya.
Baca Juga: Pemerintah Kembali Sediakan Bus Gratis di Sekitar Stasiun KRL, Catat Waktu dan Lokasi Keberangkatannya
Stefan Arman, Technical Director dari Karoseri CV Laksana menyampaikan, beratnya baterai bus listrik membuat pihaknya masih mempertimbangkan langkah produksi bagian bodinya.
"Kami masih fokus membangun bus konvensional karena kami sebagai karoseri masih berusaha menciptakan bodi yang lebih ringan. Alasannya baterai pada bus listrik menyebabkan berat bus 2 sampai 3 ton lebih berat ketimbang bus biasa," jelasnya.
Stefan menambahkan, hal tersebut tentu jadi pekerjaan baru karoseri agar terpacu membangun bus listrik dengan berat yang ideal.
"Dalam waktu ke depan, Laksana akan meluncurkan bus listrik yang bekerjasama dengan salah satu pembuat sasis. Jadi setelah kami buat dengan material yang sudah disesuaikan, akhirnya berat bodi bus listrik ini bisa 1,5 ton lebih ringan dari bus yang biasa diproduksi," katanya.
"Jadi saya kira berbagai karoseri harus bisa memastikan berbagai komponen yang melekat di bus listrik harus ringan dan tetap kuat materialnya," sambung Stefan.
Editor | : | Fendi |
KOMENTAR