Harganya jadi tak rasional karena dari sebelum krisis ekonomi cuma Rp 20-30 jutaan melonjak hingga tembus Rp 150 jutaan.
Sementara itu pilihannya sangat terbatas, kalau pun ada tak sesuai kebutuhan dan tak sesuai kantong.
Tersedianya cuma city car yang rata-rata dimensinya kecil.
Dari situlah cikal bakal Avanza dan Xenia tercetus.
Baca Juga: Otojadul: Cerita Pengembangan Mobil Nasional Timor Borneo, SUV Mewah dari Basis Lamborghini
"Kami melakukan survei terlebih dulu ke masyarakat, mobil apa dan harga berapa yang masih dibutuhkan. Dan hasilnya adalah MPV yang bisa muat 7 penumpang, ada hidungnya, ground clearance tinggi dan tentu saja harga di bawah Rp 100 juta," bilang Widyawati, yang saat diwawancara menjabat General Manager Marketing Planning & Customer Relation PT Toyota Astra Motor, APM Toyota, dikutip dari tabloid OTOMOTIF edisi 28:XXI November 2011.
Rio Sanggau pun mengamini kalau kesuksesan Xeniavanza buah hasil dari survei yang mendalam.
"Dari situlah kami punya panduan merancang. Selain itu, keberhasilan juga didukung oleh kondisi yang pas dengan kebutuhan masyarakat saat itu akan mobil serbaguna, harga terrjangkau dan dukungan brand," jelas Domestic Marketing Division Head PT Astra Daihatsu Motor, APM Daihatsu ini.
Faktor-faktor itulah yang mendasari Xeniavanza disegmentasikan sebagai mobil pertama.
"Mereka yang baru punya uang dan butuh kendaraan yang bisa dimuati tujuh penumpang dan barang atau kendaraan serbaguna," imbuh Rio.
Atau, "Orang yang masih berkarir dan karirnya masih terus menanjak, bukan stagnan," sahut Widyawati lagi.
Kajian tersebut akhirnya tak membutuhkan waktu lama.
Editor | : | Dida Argadea |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR