Dimulai bodi dan rangka double cradle yang tetap klasik, tapi modelnya tak pernah ketinggalan.
Contoh, setang yang dicipta lebih tegak, "Merupakan posisi yang paling ideal buat postur konsumen lokal," bilang Woso, bagian R&D Yamaha di era itu.
Posisi setang yang tegak ini, merupakan perkawinan sudut kemudi 27° dan jarak trial 91 mm.
Artinya, posisinya lebih tegak dibanding Yamaha RZ-R yang mempunyai sudut kemudi 27,5° dan trial 94 mm.
Baca Juga: Otojadul: Diburu Panther, Inilah Cara Toyota Kijang Terus Lari untuk Pimpin Pasar
Alhasil kalau keduanya diadu di keramaian, RX-King lebih gampang dikendalikan.
Perbedaan lainnya, sumbu roda yang lebih pendek 55 mm ketimbang RZ-R yang panjangnya mencapai 1.300 mm, menyebabkan liukannya lebih agresif menyalip.
Apalagi, ditunjang jarak ground clearance yang cuma 160 mm dibanding RZ-R berjarak 175 mm.
Ditambah lagi dengan bobotnya yang cuma 100 kg, pantas saja kalau RX-King gampang dikendalikan.
Menurut M Ichsan Iskandar yang di era itu bekerja di divisi servis Yamaha , watak rangka lincah itu, masih ditunjang spesifikasi mesin yang khusus mendongkrak putaran bawah.
Karena itu, diameter silinder dan langkah piston dibikin timpang.
Artinya, meski kapasitas mesinnya sama dengan RZR, toh langkah piston 50 mm dan diameter silinder 58 mm adalah perbedaan mencolok.
Baca Juga: Otojadul : Sarat Keringat dan Air Mata Membangun Replika Ford 1932
"Ketimbang RZ-R yang menganut langkah piston 56 mm kali diameter silinder 54 mm," kata Ichsan.
Didukung perbandingan kompresi 6,9:1 dan daya maksimum 18,5 dk/9.000 rpm, plus torsi 1,54 kgm pada putaran 8.000 rpm, langkah piston pendek makin menjadi-jadi.
Bayangin aja, dari 0-100 meter RX-King cuma butuh waktu lima detik.
"Sedangkan kalau RZR bisa butuh tujuh detik untuk 0-100 meter," imbuh Ichsan.
Editor | : | Dida Argadea |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR