Seperti sensor primary dan secondary pulley yang terlalu membatasi besarnya tekanan oli transmisi untuk menciptakan rasio gigi rendah dari sabuk baja sehingga mobil kesulitan melaju di tanjakan.
"Kalau memang bawaan karakter transmisi CVT mobil itu bisa saja ada kegagalan rancangan atau produksi di awal," tekan Hermas.
Baca Juga: Digugat Konsumen Rp 7 Miliar Lebih, Bos DFSK Akan Layani di Pengadilan
Hermas menyoroti kemampuan transmisi CVT secara umum memang tidak sebaik transmisi otomatis konvensional dalam hal menghadapi medan jalan berat.
Sebab perangkat pulley dan sabuk baja tidak bisa menciptakan torsi puncak dari rasio gigi rendah sebaik sistem gigi planet (planetary gear) pada transmisi otomatis konvensional (torque converter).
Karena rancangan transmisi CVT lebih mengejar kenyamanan dari kehalusan perpindahan gigi dan efisiensi bahan bakar dengan menjaga putaran mesin tetap rendah dalam kecepatan berapapun dari rasio gigi yang luas dan nyaris tak terbatas.
"Tapi kalau sekadar lewat tanjakan tempat parkir atau medan ringan saja tidak bisa itu sangat keterlaluan," ujar Hermas sambil tertawa.
Baca Juga: DFSK Glory 580 Turbo CVT Enggak Kuat Nanjak, Ini Respons dari APM
GridOto.com sudah menghubungi PT Sokonindo Automobile (4/12) untuk meminta penjelasan mengenai penyebab DFSK Glory 580 Turbo CVT yang enggak kuat nanjak ini.
Namun, Achmad Rofiqi, PR & Media Manager PT Sokonindo Automobile, masih enggan memberikan informasi detail mengenai masalah yang menjadi keluhan 7 konsumen DFSK Glory 580 Turbo CVT yang enggak kuat nanjak ini.
"Terkait dengan ketidaknyamanan yang dialami oleh konsumen DFSK Glory 580, kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikan permasalahan hukum ini sebaik-baiknya serta kami juga akan menyelesaikan keluhan yang dialami konsumen," kata Achmad dalam keterangan resminya.
"Namun, DFSK sebagai perusahaan yang berada di Negara Indonesia senantiasa akan tunduk terhadap hukum dan mengikuti proses yang berlaku," tutup Achmad.
Editor | : | Dwi Wahyu R. |
KOMENTAR