Itulah sebabnya, anak buahnya yang kini berjumlah 100 orang, telah terlatih menggarap bodi yang tarifnya berkisar Rp 50 ribu hingga Rp 200 ribu, tarif yang bisa dibilang cukup tinggi di tahun 1996.
Sayang, ia enggan bercerita berapa omzet yang diraih. Yang jelas, bisnis macam ini, pelanggannya dari pengusaha menengah hingga konglomerat. Dari kalangan artis hingga menteri.
"Antara lain, 'Si Doel' Rano Karno, pengusaha Sudwikatmono atau Menpora Hayono Isman. Mobil yang digarap juga beragam. Dari kelas 1.000 cc hingga 5.000 cc. Selain mobil lokal, juga yang mewah dan antik. Seperti Jaguar atau Mercedes-Benz," cerita Has.
Untuk melebarkan sayap usahanya, Has menyediakan penawaran melalui kartu diskon 30%.
Terobosan kartu anggota senilai Rp 100 ribu ini, dinilai cukup efektif. Selain bisa digunakan oleh pemiliknya, berlaku pula untuk orang lain. Diharapkan dengan cara ini, jumlah pelanggan bertambah.
"Pelanggan saya sekitar 4.000 orang," kata Has. Melihat bisnis yang dilakukan Has, tentu saja salon mobil dianggap 'proyek' menggiurkan.
Enggak heran, langkahnya ditiru banyak pengusaha lain bahkan hingga 2020 ini.
Selamat jalan Om Has...
Editor | : | Ditta Aditya Pratama |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR