Rubyanto bahkan menyatakan kalau ia sudah mematenkan desain trike-nya di Pangkalan Data Kekayaan Intelektual, dengan merek dagang Invarunner.
Itu dilakukannya semata-mata untuk menjamin bahwa desain yang ia buat memang sudah layak dan aman digunakan penyandang disabilitas.
"Mimpi saya sih pemerintah bisa menerapkan SNI untuk modifikasi khusus disabilitas ini, dan RWIN Development yang menjadi acuannya," kata pria yang juga kerap disapa Ruby ini.
Lantas berapa biaya yang harus dikeluarkan jika konsumen ingin modifikasi motor menjadi trike?
"Biayanya tergantung fitur yang diinginkan, rentang harganya dari Rp 9 juta hingga Rp 14 jutaan," bebernya.
Fitur yang dimaksud adalah banyaknya penambahan atau pemindahan komponen yang dilakukan terhadap motor yang jadi bahannya.
Sebagai bengkel yang melayani konsumen difabel, memang ubahan yang diinginkan bisa bermacam-macam.
"Ada yang saklarnya ingin dipindah ke sebelah kiri semua karena salah satu tangannya mohon maaf, tidak normal, atau sebaliknya, macam-macam," ungkap Rubyanto.
Selain itu tentu penambahan pelek atau sokbreker dengan merek tertentu, juga bisa mempengaruhi harga modifikasinya.
Baca Juga: GeBer UKM: YZM Garage, Bengkel Berprestasi dan Pembuat CDI Motor yang Diakui Dunia
Sebelum pandemi COVID-19 Rubyanto mengaku biasa menangani delapan unit motor, dengan omzet kurang lebih Rp 80 juta per bulan.
Namun saat pandemi konsumennya menurun, di bulan Maret dan April lalu penurunannya bahkan disebut hingga 60 persen, meski saat ini sudah mulai membaik.
Editor | : | Dida Argadea |
KOMENTAR