GridOto.com – Seperti kita tahu, sejak Juni 2020 lalu, PT Benelli Motor Indonesia, baru saja merilis Benelli Patagonian Eagle 250 baru dengan embel-embel EFI atau Electronic Fuel Injection.
Yup, sudah injeksi bahan bakar menggeser karburator di versi yang sebelumnya.
Varian ini dijual dengan harga Rp 44,9 juta on the road Jakarta. Lalu perubahan performanya apakah signifikan?
Patagonian Eagle EFI ini masih mengusung basis mesin yang sama persis dengan versi karbunya, hanya beda di sistem pengabutan bahan bakar.
Empat langkah, 249 cc, dua silinder segaris SOHC 4 katup berpendingin udara dan oil cooler.
Yang khas, mesinnya pakai firing order 360°, piston naik turun bersamaan tapi langkah kerjanya gantian.
Sehingga suara knalpotnya merdu sekilas mirip mesin 4 silinder.
Faktor ini jadi salah satu daya tarik utama Patagonian Eagle.
Namun firing order tersebut ada konsekuensinya. Jika dirasakan karakter tenaganya jadi cenderung datar.
Di putaran bawah terasa kalem, tengah ke atasnya ngisi khas mesin overbore tapi tak terlalu nampol.
Tenaga maksimal hanya 17,4 dk di 8.000 rpm dan torsi 16,5 Nm di 6.000 rpm, itu sama dengan versi karburator.
Jangan heran jika catatan akselerasinya tak secepat motor 250 cc lainnya.
Ambil contoh 0-100 km/jam butuh waktu 12,7 detik, lalu dari diam ke 402 meter 18,2 detik. Malah top speed di spidometer hanya kisaran 125 km/jam.
Catatan akselerasinya itu ternyata sama dengan versi karbu.
Data akselerasi tes Benelli Patagonian Eagle EFI
0-60 km/jam: 4,3 detik
0-80 km/jam: 7,3 detik
0-100 km/jam: 12,7 detik
0-100 m: 7,2 detik (@79,5 km/jam)
0-201 m: 11,3 detik (@96,6 km/jam)
0-402 m: 18,2 detik (@111,4 km/jam)
Top speed spidometer: 125 km/jam
Top speed Racelogic: 120,7 km/jam
Baca Juga: Ada Versi Injeksi, Benelli Patagonian Eagle Karburator Tetap Dijual, Intip Harganya
Walaupun performa tetap sama dengan yang versi karbu, namun ternyata membawa dampak positif pada konsumsi bensin.
Dipakai harian oleh tester bergaya agresif, sering buka gas secara spontan, dengan kondisi jalan beragam lebih dari 300 km, pakai metode full to full sebanyak 3 kali dengan bahan bakar RON 92, ternyata rata-rata bisa dapat 27,5 km/liter.
Berdasarkan hasil test ride OTOMOTIF, yang versi karburator cuma 23,8 km/liter, bedanya signifikan ya?
Baca Juga: 5 Detail Baru di Benelli Patagonian Eagle 250 EFI, Bukan Cuma Upgrade Injeksi
Selain itu, yang jelas membaik pastinya adalah emisi gas buangnya.
Terlebih system injeksi pada motor ini sudah model close loop.
Throttle body dipasang pada intake manifold bercabang. Di tiap cabang atau di masing-masing silinder ada injektor yang mengarah ke mesin.
Lalu pada masing-masing leher knalpot ditemukan O2 sensor, artinya pakai sistem injeksi close loop yang artinya hasil pembakaran pun dibaca ECU.
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR