Lalu untuk BBM dengan Ron 95 yang di Indonesia dijual dengan harga Rp 9.650 per liter.
Jauh lebih mahal dibanding Malaysia yang dihargai Rp 4.299 per liter, Thailand yang ada di rentang Rp 7.933 hingga Rp 11.302 per liter, Vietnam dikisaran Rp 7.597 hingga Rp 7.812 per liter, dan Myanmar yang sebesar Rp 4.506 per liter.
Harga tersebut memang lebih murah ketimbang beberapa negara seperti Kamboja Rp 9.850 per liter, Laos sebesar Rp 16.122 per liter dan Filipina sebesar Rp 10.999-Rp 12.523 per liter, dan Singapura dengan Rp 21.317 per liter.
Selanjutnya, harga bensin Ron 97/98 yang dibanderol Rp 9.850 per liter termasuk yang termurah ketiga di kawasan Asean.
Walaupun harga tersebut masih kalah murah ketimbang Malaysia sebesar Rp 5.331 per liter dan Myanmar Rp 7.754 per liter.
Baca Juga: Pertamina Sebut Stok BBM di Jabar Aman Selama Pendemi Covid-19
Sementara itu, untuk harga solar di Indonesia terbilang tinggi di kawasan Asia Tenggara di bawah Singapura dan Laos.
Harga solar CN-51 di Indonesia sebesar Rp 9.850 sampai Rp 10.200 per liter.
Singapura membanderol produk yang sama dengan harga mencapai Rp 17.450 per liter, Laos sebesar Rp 13.103 per liter.
Jika dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lain, Myanmar menjual produk yang sama dengan harga Rp 4.610 per liter, Malaysia dengan Rp 4.815 per liter, Vietnam dengan rentang harga jual Rp 6.398 hingga Rp 6.521 per liter, Filipina rentang harganya Rp 9.058 hingga Rp 10.311 per liter, Thailand sebesar Rp 9.793 per liter, dan Kamboja di angka Rp 9.850 per liter.
Arifin berpendapat, penerapan harga jual solar yang ada saat ini sudah dipertahankan cukup lama bahkan di saat negara-negara lain memasang harga yang jauh lebih tinggi.
Ia juga memastikan tidak akan ada perubahan harga pada Mei ini sembari pemerintah terus memantau kondisi harga minyak mentah dunia dan stabilnya nilai tukar rupiah.
"Pemerintah terus memantau perkembangan harga minyak mentah dunia yang masih belum stabil, yang memiliki volatilitas yang tinggi. Diperkirakan harga akan rebound ke US$ 40 per barel di akhir tahun, waktu cukup lama makanya kami masih cermati perkembangan terutama di bulan Mei dan Juni," pungkas Arifin.
Editor | : | Ditta Aditya Pratama |
Sumber | : | bloomberg.com,Kontan.co.id |
KOMENTAR