Ia pun menyarankan agar calon konsumen memilih kaca film yang memiliki UV Light Rejection di angka 97-99%.
"Selain membuat berkendara lebih adem, juga bisa menghindari kulit jok dan dasbor pecah-pecah," tutupnya.
Selain UV Light Rejection, ada variabel-variabel pada kaca film yang seringkali luput saat memilih mana yang harus dipasang.
Nilai tersebut di antaranya VLT (Visible Light Transmission), IR (Infrared Rejection), dan VLR (Visible Light Reflectance).
Di antara variabel tersebut, tingkat kegelapan kaca film adalah VLT yang biasanya ditawarkan dengan berbagai persentase.
VLT berkaitan dengan tingkat cahaya yang masuk ke dalam kabin.
Nah, jika kaitannya adalah menangkal atau mengurangi hawa panas di dalam kabin, variabel yang perlu Anda perhatikan justru IR.
Infrared (inframerah) secara umum adalah radiasi elektomagnetik yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia.
"Karakternya punya efek panas tapi tidak memiliki daya tembus sebaik UV (Ultraviolet),” terang Iwan Wredha Pratama, Technical Service Engineer PT 3M Indonesia, pemegang merek kaca film 3M.
Jika terpapar sinar tersebut, tentu kulit manusia akan terasa panas.
"Penolakan infrared diatur oleh gelombang warna yang dikenal dengan colour spectrum. Gelombang warna di hitung dengan satuan nm atau nanometer. Untuk gelombang IR berkisar antara 760 nm - 2,500 nm jadi untuk mengurangi panas maka molekul organik dari carbon harus mampu menolak aliran gelombang IR tersebut diatas," ujar Arief Hidayat, CEO dari PT Welty Indah Perkasa, produsen dari kaca film Wealthy.
Jika Anda ingin kaca film dengan kemampuan menolak hawa panas yang baik, berarti faktanya harus dilihat adalah persentase dari variabel IR tersebut.
Bukan dari VLT atau tingkat kegelapannya ya!
Editor | : | Ditta Aditya Pratama |
KOMENTAR