GridOto.com - Sepertinya mustahil untuk membayangkan jalanan Jakarta tanpa lautan hijau jaket ojek online.
Sejak kemunculannya satu dekade lalu, populasi ojek online terus bertambah setiap tahunnya.
Kehadiran ojek online memang menawarkan banyak kemudahan, tapi pada awal kelahirannya, tidak sedikit yang menentang kehadiran mereka.
Salah satunya adalah Iskandar Abubakar, Ketua Unsur Pakar Transportasi Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ).
(Baca Juga: Blak-blakan Iskandar Abubakar: Skala Prioritas Transportasi Berubah, Kendaraan Pribadi Jadi Apa?)
“Waktu saya jadi dirjen, saya selalu bilang tidak usah,” ungkap Iskandar kepada GridOto.com (25/11/2019).
Ia beralasan, bahwa motor bukanlah kendaraan yang cocok untuk menjadi moda transportasi umum.
“Sepeda motor adalah kendaraan yang paling labil, peluang terjadinya kecelakaan paling tinggi, sepeda motor juga tidak ramah terhadap cuaca, kalau hujan kehujanan, panas kepanasan,” jelas Iskandar lagi.
Pria yang menjabat sebagai Dirjen Hubdat sejak 2002 hingga 2008 itu pun menyesalkan pembiaran yang dilakukan pemerintah di awal bertumbuhnya ojek online.
“Jadi saya menyesalkan kenapa dibiarkan awalnya, sampai sekarang dia menjadi raksasa,” tukasnya.
Ojek online memang sudah menjadi raksasa, dari data yang dihimpun dari berbagai sumber, sudah ada lebih dari 1 juta ojek online yang beroperasi di Jakarta.
Karena jumlah yang besar itu lah, ada banyak pihak yang menginginkan adanya pembatasan jumlah ojek online, bahkan penghapusan.
(Baca Juga: Blak-blakan Direktur Sarana Transportasi Jalan Kemenhub: Mobil Modifikasi Wajib Diuji Tipe!)
Namun Iskandar mengatakan bahwa hal tersebut sudah tidak mungkin dilakukan, apalagi saat ojek online sudah menjelma menjadi raksasa seperti yang ia sebutkan.
“Begitu sudah jadi raksasa bagaimana kita mau menghapuskan? Bisa gak dikendalikan efek sosialnya? Gak mungkin,” kata Iskandar.
“Jadi kalau sudah raksasa sudah terlambat, jadi ya biarin lah,” pungkasnya miris.
Editor | : | Muhammad Ermiel Zulfikar |
KOMENTAR