Ekky menjelaskan, untuk operasional harian tiap bus membutuhkan 270 liter solar per hari, sementara jumlah total bus ada 200 armada.
“Tidak tahu persis kenapa solar bersubsidi sulit diperoleh. Hal ini tidak hanya dirasakan oleh pengelola bus tetapi juga elf dan truk," jelasnya.
(Baca Juga: Pengendalian Polusi Udara di Jakarta, Pemerintah Masih Ambigu dengan Premium dan Solar)
"Ada apa sebenarnya yang terjadi, kami besok (hari ini, Jumat 15/11/2019) diundang Hiswanamigas untuk pertemuan di Tasikmalaya,” imbuhnya.
Ia menambahkan, jika kondisi kelangkaan solar bersubsidi ini terus terjadi dan tidak ada solusinya, armada bus dimungkinkan akan mogok beroperasi.
Ia juga mengkhawatirkan solar bersubsidi seharga Rp 5.150 per liter menghilang dan berganti dengan BBM jenis lain yang harganya lebih mahal.
“Jangankan naik, dengan harga BBM tidak naik saja, penumpang bus sudah sepi. Kondisi saat ini memang berat bagi kelangsungan usaha angkutan umum,” ungkapnya.
Artikel ini dikutip dari tribunjabar.id dengan judul Solar Langka di Ciamis, Puluhan Bus Terpaksa 'Dikandangkan'
Editor | : | Hendra |
Sumber | : | Tribunjabar.id |
KOMENTAR