GridOto.com - Ada berbagai inovasi dan teknologi yang dihadirkan di hari pertama (6/11) Southeast Asia Automotive Technology Summit (SAATS) 2019.
Tentu saja, semuanya dapat dimanfaatkan para pelaku industri otomotif di Indonesia untuk menghadapi tantangan masa depan di industri tersebut.
Konektivitas, otomatisasi, dan manajemen data yang semuanya termasuk dalam tahapan industry 4.0 dibahas dalam acara yang bertempat di DoubleTree, Hilton Hotel, Jakarta.
Mengenai industry 4.0, ada observasi menarik dari QAD Indonesia, sebagai solution provider di bidang IT, yakni kesiapan sistem manajemen data yang ada saat ini untuk menuju industry 4.0.
(Baca Juga: Apakah Indonesia Siap Menyongsong Masa Depan Industri Otomotif? Jawabannya Ada di Acara Ini!)
Hal ini diutarakan oleh Leigh Fletcher, selaku Director QAD Indonesia dan Darwin Widjaja, selaku Senior Consultant QAD Indonesia.
“Sudah banyak yang bertanya mengenai solusi untuk menyongsong industry 4.0 tapi tidak banyak yang bertanya apakah pondasi dalam hal ini sistem manajemen data mereka sudah siap untuk industry 4.0,” kompak Fletcher dan Darwin.
Tapi tidak hanya melontarkan pertanyaan, QAD juga memberikan solusi di tingkat industri, yakni dengan menyediakan framework upgrade sistem manajemen yang lebih efisien.
Solusi serupa juga disediakan di tingkat dealer oleh salah satu pembicara, yaitu CDK Global dengan platform Dealer Management System (DMS).
(Baca Juga: Menjawab Tantangan Industri 4.0, Toyota-Astra Motor Menggelar Kompetisi Pemrograman)
DMS sendiri mengintegrasikan data konsumen seperti selera, kebutuhan, dan kebiasaan konsumen dalam menentukan produk yang akan ditawarkan ke pembeli.
Sistem tadi juga bisa digunakan untuk memonitor performa penjualan, yang diakses oleh prinsipal, jaringan dealer, hingga supplier jika dibutuhkan.
Inovasi dari segi industri juga disuguhkan oleh Baker Hughes, anak perusahaan General Electric, khususnya dari teknologi quality control.
Yakni dengan mengadaptasi teknologi yang sudah teruji di sektor medis, yaitu x-ray dan radiologi layaknya CT Scan.
Teknologi tersebut diadaptasi untuk mengidentifikasi cacat produksi pada komponen kendaraan seperti keretakan dan korosi di tingkat micro hingga nanometer, dan dilakukan tanpa harus membongkar komponen yang diperiksa.
(Baca Juga: Dengan Nikel, Indonesia Ingin Menjadi Raksasa Industri Kendaraan Listrik, Ini Detilnya)
Hal tersebut mengurangi resiko kecacatan produksi yang mengharuskan recall, sehingga berpotensi menghemat pengeluaran yang disebabkan oleh recall.
Acara yang diselenggarakan oleh Escom Events ini sendiri diharapkan dapat memperluas perspektif dan memperdalam informasi yang dimiliki oleh pemerintahan, OEM (Produsen Mobil), Tier Supplier, Solution Providers, Pengamat Otomotif, Dealer, Distributor, dan lainnya.
Sesi selanjutnya pada esok hari (7/11) juga akan menyuguhkan materi yang sama menariknya dari pembicara-pembicara yang datang dari berbagai bidang.
Tidak hanya itu, akan diadakan juga diskusi panel dan test drive Mercedes V-Class Van serta masih dipamerkan juga mobil listrik andalan Nissan, yaitu Nissan Leaf.
Editor | : | Muhammad Ermiel Zulfikar |
KOMENTAR