Hal ini membuat MI-Tech dapat bermanuver ke arah samping layaknya mobil panser atau tank.
Hiroshi Nagaoka, Executive Officer, Senior Vice President (Engineering) Mitsubishi Motors menjelaskan lebih detail.
“Gas turbin ini mampu disetting untuk mengkonsumsi bahan bakar yang bervariasi, mulai dari BBM diesel, kerosin (minyak tanah) hingga alcohol,” terang Nagaoka-san.
Fleksibilitas BBM ini memungkinkan MI-Tech mampu beradaptasi di banyak tempat yang kualitas BBM berbeda-beda.
Meski masih mengkonsumsi BBM fosil, namun emisi gas buangnya diklaim lebih rendah dari mesin bakar konvensional.
“Kadar NOx (nitrogen oksida) nya hampir bisa dibilang tidak ada,” tambah Nagaoka lagi.
Mitsubishi memilih gas turbin ini juga karena dimensinya yang kompak dan bobotnya yang lebih ringan dibanding mesin bensin konvensional.
“Jangan bayangkan mesin turbin pesawat terbang. Ini ukuran dan kemampuannya lebih kecil dari pesawat,” ujar Nagaoka.
Mitsubishi masih belum merencanakan produksi massal MI-Tech. Namun Nagaoka menyebut pihaknya terus berusaha mengembangkannya kea arah itu.
Editor | : | Bimo Aribowo |
KOMENTAR