"Kalau kebut-kebutan di luar sana, kalau ada korban atau terjadi sesuatu itu tidak hanya pelakunya, tapi juga kena orang lain yang tidak tahu apa-apa," ucap Risma.
Ia menuturkan, awal mula dibangunnya Sirkuit GBT adalah curhatan seorang anak muda yang dibenci tetangga hingga keluarganya karena ia suka balapan liar.
Namun, Risma merasa hobi tersebut bukan hal buruk karena pembalap tidak mungkin mengonsumsi narkoba dan minuman keras.
"Saya bilang 'oke nanti tak buatkan sirkuit'. Jadi ini mimpi seorang anak yang katanya dibenci semua orang," lanjutnya.
Meski begitu, Risma menekankan untuk tetap mengutamakan keselematan saat di sirkuit.
"Karena itu anak-anakku yang dengar saya, di sinilah tempat kalian, bagi yang ingin menggunakan sirkuit memang perlu standar safety kalau tidak punya ya pinjam," kata Risma.
(Baca Juga: Ngebut dan Tabrak Bus yang Menyeberang, Pengendara Honda BeAT Luka Berat)
Sirkuit GBT ini dibuat dan bisa digunakan secara gratis dari pagi hingga malam hari.
Risma pun berharap, lewat sirkuit ini akan lahir sosok-sosok seperti Gerry Salim, peraih juara umum Asia Road Racing Championship yang berasal dari Surabaya.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Surabaya, M Afghani Wardhana, mengatakan tingginya antusiasme pada Drag Day sebagai petunjuk bahwa anak-anak muda Surabaya cukup aktif dalam olahraga balap.
Editor | : | Dida Argadea |
Sumber | : | Surya.co.id |
KOMENTAR