GridOto.com - Mayoritas kebanyakan semua busi menggunakan massa di kepala busi sebagai loncatan bunga api dari inti elektroda.
Inti elektroda yang memercikan api busi akan mencari massa yang terdekat.
Antara inti elektroda dan massa ini terdapat celah yang disebut gap busi.
Gap busi ini sudah diatur jaraknya oleh pabrikan dan disesuaikan agar menghasilkan loncatan bunga api yang maksimal.
Kerenggangan gas busi standar biasanya diantara 0,80 sampai 0,90 mm.
(Baca Juga: Ini Saran dari Ahli Kalau Mau Ganti Kode Heat Range Busi Mobil)
Bila diatas itu, maka bisa dipastikan gap busi terlalu renggang.
Dan tenaga mesin menjadi tidak maksimal bahkan menjadi brebet.
"Gap busi ini harus selalu di cek, minimal setiap servis berkala untuk menghindari gap busi renggang. Gap busi ini bisa renggang dengan sendirinya lho," sebut Diko Oktaviano yang menjabat sebagai Technical Support Product Specialist NGK Busi Indonesia.
Gap busi yang renggang diakibatkan dari inti elektroda yang terkikis.
Inti elektroda bisa terkikis karena terus menerus memercikan api busi.
"Ya betul, lama kelamaan inti elektroda akan habis, maka dari itu gap busi ada baiknya di setel kembali," tambahnya.
(Baca Juga: Apa Benar Busi di Ruang Bakar Mesin Bisa Meleleh? Ini Penjelasannya)
Eits, namun bukan berarti bisa terus-terusan disetel, sob!
Inti elektroda yang semakin habis juga akan berpengaruh ke performa bus itu sendiri.
Percikan bunga api akan semakin tidak bagus dan efeknya pasti pembakaran menjadi tidak sempurna.
Biasanya, pabrikan mobil menyarankan penggantian busi sesuai dengan kilometer yang sudah ditempuh.
Bila sudah dirasa terlihat inti elektroda mulai habis ada baiknya ganti dengan busi yang baru.
"Pastikan juga kode busi pengganti sesuai dengan kode busi bawaan mobil," tutup Diko panggilan akrabnya.
Editor | : | Dwi Wahyu R. |
KOMENTAR