Bayangkan kerepotan saat berkendara di jalur pantura, pengemudi harus sigap untuk menghindari sepeda motor, becak dan sepeda, bahkan pejalan kaki.
Belum lagi gerobak, andong dan angkutan umum yang berhenti sembarangan.
Belum lagi harus menghadapi faktor alam yang membuat kontur jalan menjadi beragam. Ada yang memiliki tanjakkan dan turunan curam, tikungan yang berliku serta melewati wilayah hutan yang sepi.
Semua itu bisa menjadi faktor penyebab timbulnya kecelakaan. Oleh karena itu, dengan adanya jalan tol, semua hal itu bisa diminimalisir sekecil mungkin.
(Baca Juga: Hiiii..., Rest Area KM 260B Ini Dibuat Dari Bekas Pabrik Gula Peninggalan Belanda Sob!)
Hal ini terbukti dengan menurunnya angka kecelakaan hingga hari kedua Lebaran sebesar 64% dibanding tahun lalu.
Menurut data Kementerian Perhubungan, jumlah ini turun signifikan dari 1.401 kecelakaan di 2018 menjadi 509 di tahun ini.
Tahun 2018, korban meninggal dunia akibat kecelakaan selama arus mudik dan arus balik Lebaran mencapai 318 orang. Tahun ini menurun jadi 120 orang.
Korban luka berat tahun 2018 mencapai 364 orang, tahun 2019 sebanyak 95 orang.
Tahun 2018 korban luka ringan tercatat 1.905 orang. Tahun 2019 sebanyak 615 orang.
Jadi sebenarnya tidak hanya masalah nilai uangnya saja yang diperhitungkan. Tetapi ada faktor-faktor lain juga yang mungkin nilainya lebih mahal dari sekadar tarif melintas di jalan bebas hambatan.
Tetapi memang masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi agar jalan bebas hambatan ini bisa dimanfaatkan lebih maksimal. Baik itu oleh pengguna jalan maupun warga di lingkungan sekitarnya.
Editor | : | Pilot |
KOMENTAR