Jika swing arm berbahan aluminium dipaksakan dibuat kaku, bakal mudah pecah dan patah.
Itulah kekurangan aluminium yang segera ditutup oleh bahan serat karbon.
(BACA JUGA:Mengapa Knalpot YZR-M1 2018 Pakai Satu Knalpot Seperti Itu?)
Ada yang bilang bahwa swing arm karbon jauh lebih mahal dibanding aluminium, memang, tapi gak sepenuhnya benar.
Memang sih, jika hanya membuat satu buah swing arm, bahan karbon lebih mahal dibanding aluminium.
Tapi Cecchinelli menjelaskan jika swing arm selain karbon dibuat untuk sangat kaku, bakal mudah patah dan akhirnya dalam semusim butuh banyak swing arm.
Kalau butuh banyak swing arm berarti boros dong.
Sedangkan swing arm karbon bisa dibilang lebih awet dan tidak mudah patah, makanya tidak selalu bisa dikatakan karbon lebih mahal.
(BACA JUGA: Tak Pernah Balapan, Ini Proyek Terlarang Yamaha Untuk Kalahkan Valentino Rossi dan NSR500-nya)
Kekurangan lainnya adalah masalah keselamatan.
"Bukan karena serat karbon tidak aman, tapi karena setelah crash memungkinkan swing arm karbon lebih sulit dianalisis masalahnya," tambah Cecchinelli.
Swing arm karbon harus diteliti dengan sinar X untuk penyelidikan cukup dalam setelah crash, tidak seperti aluminium yang langsung bisa dilihat di trek atau di box.
Selain itu, swing arm karbon lebih rentan hancur menjadi potongan kecil jika ada kecelakan besar.
Jika aluminium mudah patah jika dipaksakan kaku, serat karbon lebih mudah hancur.
Lalu mengapa tidak semua tim MotoGP menggunakan swing arm berbahan serat karbon?
Beberapa tim saat ini masih puas dengan batas kekakuan swing arm aluminium mereka dan hasilnya masih bisa diterima.
"Intinya: sulit didesain, sulit diproduksi, bisa repot kalau kena crash parah, dan sementara teknologi konvensional menggunakan aluminium masih bisa diterima hasilnya, masih dominan digunakan sampai saat ini," sambung Cecchinelli.
Editor | : | Ditta Aditya Pratama |
Sumber | : | Crash.net |
KOMENTAR