GridOto.com - Jalan tol termasuk Trans Jawa sudah terbentang di pulau Jawa.
Tol ini bisa jadi alternatif perjalanan lintas Jawa selain melalui pantura maupun jalur selatan yang non-tol.
Meski begitu, rupanya masih banyak truk yang enggan melewati jalan tol ini.
Hal itu juga diakui oleh banyak sopir dan pengelola jalan tol sendiri.
(Baca Juga : 3 Truk 'Kompak' Tabrak Gerbang Tol Bakauheni Lampung, Salah Satunya Terbakar)
Pengelola jalan tol ruas Pejagan-Pemalang misalnya, mengaku ada penurunan okupansi terutama untuk kendaraan berat atau truk.
Awalnya, tol tersebut sempat menjadi magnet bagi pengguna karena perjalanan bisa jadi lebih cepat dan terhindar macet di jalan arteri pantura.
Namun, lantaran tarif yang dinilai mahal, kendaraan yang masuk tol berkurang terutama untuk kendaraan berat.
"Sangat berkurang," kata Kepala Cabang Operasional PT Pejagan Pemalang Toll Road (PPTR), Ian Dwinanto, dikutip dari TribunJateng.com.
(Baca Juga : Banjir Berangsur Surut di Tol Jakarta-BSD, Kemacetan Mulai Terurai)
Menurut Ian, perbandingan antara kendaraan truk dengan kendaraan kecil atau mobil pribadi yang lewat tol Pejagan-Pemalang yakni 6 dibanding 94.
Sementara perbandingan truk yang melintas di ruas Pemalang-Batang, mencapai 40:60 persen, dengan 40 persen untuk kendaraan truk.
"Kondisi ini sangat timpang dengan okupansi truk yang melintas di tetangga kami, baik ruas tol Kanci-Palimanan atau Pemalang-Batang," imbuh Ian.
"Mereka tidak mau melintas di ruas tol kami, sedangkan di dua ruas itu truk masih mau melintas," jelasnya.
(Baca Juga : Ada Sosok Misterius di Tol Cipali, Isuzu Panther Refleks Gocek Ronaldo, Niat Bunuh Diri atau Penampakan?)
Untuk menghindari ruas tol Pejagan-Pemalang, truk dari arah Jakarta via tol akan keluar di exit tol Kanci Cirebon kemudian mengambil jalan arteri pantura.
Kemudian, akan masuk tol lagi di pintu tol Pemalang.
Praktis mereka tidak melintas tol Pejagan-Pemalang.
"Memang ada fenomena unik, truk pilih lewat tol dan tidak mau lewat jalan dalam Kota Pekalongan dan Batang. Hal itu karena lalu lintas jalan dalam Kota Pekalongan padat. Sedangkan di Batang ada jembatan timbang," ujarnya.
(Baca Juga : Ingat! Patuhi Rambu Lalu Lintas di Jalan Tol Bukan Berarti Berkendara Pelan)
Ian mengaku pihaknya merasa tidak beruntung karena sebagian besar truk yang melintas Trans Jawa tidak melintas di ruas tol yang ia kelola.
Ada beberapa faktor truk tidak mengambil ruas tol Pejagan-Pemalang.
Ian menyebutkan faktor pertama yakni ruas tol Pejagan-Pemalang yang panjang, sehingga terkesan mahal.
Padahal, tarif tol di ruas ini tidak berbeda dengan ruas Pemalang-Batang.
(Baca Juga : Ngeri..!! Pria Ini Tidur di Mobil Berkecepatan 120 km/jam di Jalan Tol)
Tarif tol di ruas itu sesuai Peraturan Menteri PUPR, yakni tarif dasar Rp 1.000 perkilometer untuk kendaraan golongan I.
Sementara, untuk kendaraan berat golongan II tarifnya Rp 1.500. Kendaraan golongan III seperti trailer dan sebagainya dikenakan biaya Rp 2.000 perkilometer.
"Padahal, tarif ini di bawah usulan kami yakni Rp 1.140 perkilometer," ucapnya.
Kemudian, jalan arteri pantura di Brebes, Tegal, dan Pemalang dianggap lancar dan tidak ada kemacetan berarti.
(Baca Juga : Tujuh Mobil Terlibat Kecelakaan Beruntun di Tol Gunung Sari Surabaya)
Ditambah di Kota Tegal dan Pemalang ada jalan lingkar supaya kendaraan berat tidak melintasi jalan dalam kota.
Menanggapi kondisi tersebut, pihaknya memberikan diskon 15 persen untuk kendaraan berat yang melintas secara berkelanjutan dari Palimanan hingga Kalikangkung Semarang.
Wacana tarif tol yang akan diturunkan untuk kendaraan berat, kata dia, sedang penggodokan atau pembahasan. "Beberapa kali kami diundang untuk membahas itu. Semoga segera terealisasi," imbuhnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Kenapa Truk Hindari Pantura Batang-Pekalongan dan Tol Pejagan-Pemalang? Jembatan Timbangkah?
Editor | : | Dida Argadea |
Sumber | : | Tribunjateng.com |
KOMENTAR