GridOto.com - Berbeda dengan satu dekade lalu, kini pertumbuhan merek Tiongkok dapat dibilang cukup melesat di Tanah Air.
Seperti Wuling yang sukses menggoda para konsumen otomotif roda empat Tanah Air dalam waktu yang cepat.
Setidaknya dalam dua tahun ini Wuling sudah bisa mencuri porsi pasar segmen low multipurpose vehicle (LMPV).
Ditambah lagi dengan hadirnya Almaz, SUV turbo terbaru mereka yang sudah mencuri perhatian para calon konsumen dibarengi dengan harga yang menggoda.
Sepak terjang Wuling sebagai produsen mobil Tiongkok tak bisa dianggap remeh.
(Baca Juga : Inspirasi Modifikasi Daihatsu Sirion Bergaya Sporty ala Saudaranya dari Malaysia)
Walau demikian, Direktur Pemasaran dan Purnajual PT Honda Prospect Motor (HPM) Jonfis Fandy, mengatakan bila mobil China bukan lah kompetitor bagi produk-produknya.
"Tidak (bukan saingan), kalau merek China mereka punya pasarnya sendiri. Tantangan besar mereka juga masih ada seperti purnajual, biaya servis, resale value, dan lainnya," ucap Jonfis kepada media di Jakarta beberapa hari lalu.
Ketika ditanya soal harga yang lebih murah dan fitur berlebih pada produk Wuling, Jonfis mengatakan bila hal tersebut tidak begitu masalah.
Menurut dia, paling penting saat membeli mobil adalah soal harga ketika akan kembali menjualnya.
(Baca Juga : Wow Banget! Demi Yamaha NMAX, Ibu Ini Rela Bawa Karung 10 Kg Berisi Koin Menuju Dealer)
"Ketika mobil bisa dibeli sekarang, kalau dijual kembali bagaimana. Di situlah nilai mobil-mobil yang 'benar', yang sudah ada dan bisa terlihat. Kecuali dia (mobil China) punya line-up yang panjang," jelas Jonfis.
Maksud dari line-up panjang, yang dimaksud Jonfis adalah mobil China harus punya produk yang berkelanjutan guna mempertahankan pasar.
Karena dengan harga yang cenderung lebih murah dibandingkan mobil Jepang, otomatis harga jualnya kembali akan sangat turun.
Kondisi tersebut, menurut Jonfis dinilai akan memberatkan konsumennya bila ingin pindah haluan menggunakan mobil keluaran Jepang, baik dalam kondisi baru maupun bekas.
(Baca Juga : Otorace: MotoGP Resmi Berlakukan Penalti Baru Mulai Musim 2019)
Karena itu, pihak pabrikan sebaiknya menyiapkan produk-produk lain agar konsumennya tetap bisa menikmati apa yang dari awal disajikan.
"Mobil China itu kalau mau tukar tambah larinya kemana? Mungkin ke merek China lagi, sebab kalau dia beli sekarang harga Rp 160 juta, ketika dijual itu jadi berapa. Lalu pindah ke mobil Jepang, pasti bakal banyak nomboknya, malah rugi," ucap Jonfis.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Alasan Honda Tak Anggap Mobil China Sebagai Rival".
Editor | : | Fendi |
Sumber | : | Kompas.com |
KOMENTAR