Erik menuturkan tingginya harga block orisinil RX-King Cobra itu karena material logam pembentuknya yang bagus dan tak gampang panas. Juga lebih awet.
Selain block, yang membuat seri RX-King Cobra mahal juga karena sejumlah komponen yang dinilai produksi terbaik di masanya. Seperti bagian kruk as dan kalter tengahnya yang sangat keras.
Erik menambahkan, tak hanya King Cobra, RX-King seri RX-K keluaran pertengahan tahun 1990 an juga ikut diburu belakangan.
Karena mesinnya juga dikenal tangguh. Seri RX-K ini mengusung block mesin seri 4Y2.
(Baca Juga : Blast From The Past! Yamaha RX-R, Keluarga Motor Jambret yang Paling Enggak Terkenal)
"Sekarang RX King yang masih mengusung mesin-mesin terbaik di masa produksinya itu sudah jadi barang ghoib, langka sekali, berapapun dibanderol pasti dibeli kolektor," tutupnya.
Erik menjelaskan pemburu RX King saat ini justru kebanyakan kalangan menengah ke atas atau kalangan berduit.
Berbeda dengan era sebelumnya yang mana RX King identik dengan motor kaum pinggiran atau urban.
"Kalau untuk motor yang standard (pabrik) kondisinya biasa saja, asal spare partnya orisinil harganya masih bisa tembus Rp 20-30 juta," ujarnya.
(Baca Juga : Belum Banyak yang Tahu, Ini Sejarah Yamaha RX Series di Indonesia)
Sarjana hukum dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta itu menduga sejumlah orang berduit banyak melirik Yamaha RX King karena tampilannya yang klasik.
Selain itu, memiliki performa yang bisa dibilang cukup baik sehingga bisa digunakan untuk sehari-hari bahkan untuk jalan kencang sehingga nilai jualnya tinggi.
Namun kalau ngomongin motor incaran kolektor, ada faktor nostalgi saat dulu masih muda senang RX-King tapi enggak sempat kebeli, sekarang sudah sukses dan berduit makanya harga berapapun akan diburu.
Nah kamu yang masih punya RX-King apalagi seri Cobra, mending dirawat baik-baik karena jadi buruan kolektor tuh!
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Ini Dia Seri Yamaha RX King Paling Diburu Kolektor, Harganya Sampai Rp 70 Juta
| Editor | : | Ditta Aditya Pratama |
| Sumber | : | Tribun Jogja |
KOMENTAR