GridOto.com - Kadang di Indonesia yang namanya klakson sering asal pencet saja, padahal ada lho etika membunyikan klakson.
Klakson memang diciptakan sebagai sebuah alat untuk berkomunikasi sesama pengguna jalan.
Namun bukan berarti membunyikan klakson bisa sesuka hati pengendara, ada etika tidak tertulis yang sebenarnya patut juga diketahui oleh semua pengguna jalan.
Misalnya begini, di suatu kondisi jalan, ada kendaraan lain yang secara tiba-tiba bergeser pindah jalur kearah kendaraan kamu.
(Baca Juga : Fakta Dibalik di Bangkok Thailand yang Jarang Terdengar Suara Klakson)
Kasus lain saat melintasi sebuah persimpangan jalan dengan visual dari arah lain yang terbatas. Saat-saat seperti ini, klakson punya tugas untuk setidaknya memberi tahu kepada pengguna jalan lain tentang keberadaan kendaraan kamu.
Bunyi klakson pun sudah diatur dalam sebuah aturan tertulis yang disahkan oleh pemerintah dan dipatuhi oleh para produsen kendaraan di dunia.
Artinya, Anda juga tidak boleh sembarangan mengganti klakson dengan bunyi yang sangat keras sehingga justru mengganggu pengguna jalan lain.
Dalam laman resmi Kementrian Perhubungan Republik Indonesia (Kemenhub), aturan ini berbunyi, “Agar tidak menimbulkan polusi suara dan diterima dengan bagus oleh indera dengar manusia, kekuatan bunyinya pun harus sesuai dengan aturan yakni paling rendah 83 desibel dan paling tinggi 118 desibel,”.
(Baca Juga : Klakson Motor Enggak Mau Bunyi, Mungkin Ini Dia Biang Keladinya Sob)
Editor | : | Ditta Aditya Pratama |
KOMENTAR