(Baca Juga : Otoseken: Mau Beli Yamaha XMAX 250 Bekas? Wajib Tahu Keluhan Ini )
Secara detail, dari hasil uji coba yang dilakukan, menurut Kepala BLU UPTD Trans Semarang, Ade Bhakti Ariawan pada pemakaian harian untuk armada ukuran sedang dibutuhkan rata-rata 80 liter solar dengan harga Rp. 5.150 per liter.
Sedangkan dengan sistem retrofit, hanya dibutuhkan 60 liter gas dan 21 liter solar yang jika dikonversikan rata-rata diperoleh penghematan sebesar Rp 37.900 setiap harinya untuk setiap armada.
Bila dikalikan dengan seluruh jumlah armada dan hitungan per tahun, nilai efisiensinya akan sangat besar.
Ade pun menambahkan jika saat ini, tiga stasiun pengisian bahan bakar gas telah disiapkan yakni terminal Tambak Aji di kantor Dinas Perhubungan, terminal Mangkang dan terminal Kaligawe.
(Baca Juga : Empat Langkah Strategis Bakrie untuk Bus Listriknya)
Ke depan, Hendi juga menjajaki potensi pengembangan hidro energi yang memanfaatkan arus sungai menjadi tenaga listrik.
Hendi melihat Kota Semarang memiliki beberapa sungai dengan arus dan debit yang berpotensi menggerakkan turbin menjadi tenaga lisrik sebagaimana di Toyama.
"Jadi kerjasama sister city atau kota kembar, terkhusus dengan Toyama akan terus kami tingkatkan. Bentuk apa yang baik di Toyama, akan kita aplikasikan juga di Kota Semarang," tegas Wali Kota Semarang itu.
"Ini sudah, terkait transportasi masal ramah lingkungan, selanjutnya kami ingin pembangkit listrik tenaga arus sungai yang ada di Toyama, juga bisa dibangun di Kota Semarang," yakinnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul "Wali Kota Hendi Luncurkan 72 Bus Trans Semarang Berbahan Bakar Gas".
View this post on Instagram
Editor | : | Anton Hari Wirawan |
Sumber | : | Tribunjateng.com |
KOMENTAR