(BACA JUGA: Blak-Blakan Harun Sjech: Sudah 80 Persen Jadi, Kapan Gesits Benar-benar Dilepas ke Pasaran?)
“Sekitar tahun 2000, anggota INCAS ada yang tak lagi aktif, hilang, tidak mau gabung lagi. Sejak saat itulah kami berdiri dengan nama masing-masing,” terang Akang.
Tak lagi bersama INCAS, tak membuat semangat Akang kendur untuk memajukan Dharma Audio.
“Pernah juga mengalami sepi pelanggan, tapi saya tidak berhenti untuk mencari celah kesempatan,” ujar Akang.
Hingga kini, ia terus masuk di segmen pengerjaan audio, termasuk untuk mobil-mobil berisiko tinggi.
(BACA JUGA: Blak-blakan Minoru Morimoto: Begini Bedanya Pasar Sepeda Motor di Eropa dan Indonesia)
“Kami juga masuk di segmen mobil yang instalasi audionya berisiko tinggi, seperti BMW, Mercedes-Benz dan Audi. Banyak spesialis audio lain yang tidak berani mengerjakan mobil-mobil tersebut,” bilang Akang.
“Berbekal pengalaman dan koneksi yang mumpuni, kami berani masuk ke segmen high risk,” lanjut dia.
“Intinya, Dharma Audio akan selalu mengikuti selera pasar. Kalau tidak begitu, bisa tertinggal,” pungkasnya.
Editor | : | Hendra |
KOMENTAR