"Seharusnya pihak aplikator tidak hanya mementingkan besaran atau raupan uang yang dihasilkan dari bisnis ojek online," ujar Djoko kepada GridOto.com di Jakarta, Selasa (11/9/2018).
"Tapi harus punya niat juga membentuk karakter driver ojol untuk taat berlalu lintas," sambungnya.
Menurut dia, ojek online seolah menjadi primadona baru, aksi pindah pekerjaan demi penghasilan yang menjanjikan menyilaukan mata banyak orang.
Namun, semua khayalan tentang pekerjaan yang menjanjikan kesejahteraan perlahan makin sirna.
"Driver termakan iming-iming aplikator dengan pendapatan minimal Rp 6 juta, tapi tidak didalami dalam sehari berapa waktu untuk kerja cari uang," tutupnya.
Editor | : | Fendi |
KOMENTAR