GridOto.com- Melemahnya nilai rupiah terhadap dolar pasti berdampak terhadap harga bahan bakar minyak.
Pertamina menyebutkan ada dua hal utama yang membentuk harga jual BBM, harga minyak mentah dunia dan nilai tukar rupiah terhadap dolar.
Jadi, kalau dalam waktu bersamaan harga minyak dunia naik dan rupiah melemah, maka harga jual BBM pasti melonjak.
Atau, jika harga minyak dunia turun tetapi rupiah melemah, harga jual BBM pun sulit untuk ikut turun.
(BACA JUGA : Dolar AS Tembus Rp 15 ribu, Apa Kata Pedagang di Sentra Onderdil Dutamas Fatmawati?)
Nah, dengan menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar apakah Pertamina akan melakukan perubahan harga jual BBM?
Arya Dwi Paramita, External Communication Manager PT Pertamina menyebutkan nilai tukar rupiah turun namun Pertamina tidak menaikkan harga.
"Tidak naik harga," kata Arya.
Arya tidak menjelaskan lebih detil alasan masih tetap bertahannya BBM pada harga yang sekarang meski tekanan terhadap rupiah tinggi.
Dalam penetapan harga BBM memang tidak sepenuhnya berlandaskan pada mekanisme harga pasar yang berubah sewaktu-waktu.
Sebagai contoh, pada 28 Maret 2015, harga premium di luar Jawa-Bali menjadi Rp7.300 dari sebelumnya Rp 6.800 per liter pada 1 Maret 2015.
Harga Rp 7.300 itu bertahan hingga Mei.
Padahal, jika mengikuti nilai tukar rupiah dan harga minyak waktu itu, harga premium seharusnya Rp 8.000.
Jika harga yang ditetapkan pemerintah lebih rendah dari harga pasar, selisihnya ditutup oleh subsidi yang dibebankan pada APBN.
Karena tidak ada lagi alokasi subsidi untuk bensin premium di APBN 2015, maka selisihnya ditanggung Pertamina.
Ketika harga minyak turun pada awal 2016, harga jual premium tetap.
Tidak turun mengikuti harga minyak di pasaran.
Hal itu sebagai upaya 'bayar utang' pemerintah ke Pertamina.
Strategi ini yang diterapkan pemerintah ketika menghadapi tekanan nilai rupiah.
Selain, ada alasan lain seperti menjaga agar daya beli masyarakat tidak makin turun.
Editor | : | Hendra |
KOMENTAR