Tambah lagi, Fadli yang menghabiskan masa kecilnya di Cibinong dan dekat dengan Sirkuit Sentul malah tidak pernah menonton event balapan langsung.
"Saya malah nontonnya GP di TV, enggak pernah nonton event lokal," akunya.
(BACA JUGA: Blak-blakan Veroland: Bersiap Mewakili Indonesia di Kejuaraan Dunia Custom Bike)
Namun langkahnya semakin mendekati dunia balap ketika mengetahui ada bengkel yang suka ikutan balapan Kejurda DKI di Kemayoran.
"Niat saya makin bulat buat balapan meski orang tua masih menentang, katanya lebih baik saya sekolah yang benar, biar jadi insinyur, pokoknya sekolah yang tinggi," ujarnya.
Fadli mengaku waktu lama membujuk orang tuanya agar memberikan izin balapan.
"Akhirnya terbujuk juga, apalagi saat tahu saya senang ngebut di jalanan, tambah pernah ikutan balap liar," kekehnya.
Apalagi Fadli juga ikutan komunitas Vespa yang bermarkas di daerah Cijantung dan kebetulan punya tim balap juga.
"Saya ditawarin, mau enggak nih ikut balapan? Jelas mau banget, tapi buat ikutan, Kartu Izin Start (KIS) itu harus ditandatangani orang tua," ujar Fadli.
Akhirnya orang tua mengizinkan ia balapan saat SMA, terbilang telat kalau mau dibandingkan sama pembalap zaman sekarang yang banyak memulai karirnya dari usia dibawah 10 tahun.
Enggak disadari olehnya, bulan Agustus tahun 2000 saat ia melakukan balapan untuk pertama kalinya, momen saat ia resmi melewati garis start, takdir akan membawanya menjadi pembalap yang dikenal seantero Asia.
Editor | : | Hendra |
KOMENTAR