Dalam wawancara, Herutama ditemani Andianto Hidayat, VP Research & Technology Planning & Commercial RTC; Purnadi, Manager Strategy & Business Development RTC dan Hery Haerudin, Chief of Power Development & Storage Management RTC.
Herutama mengatakan menghadapi perubahan ini, Pertamina telah mengubah paradigma.
Sejak 2012, sebagai sebuah perusahaan Pertamina berubah peran dari sebuah perusahaan penyedia bahan bakar minyak dan gas menjadi penyedia energi.
"Pertamina dari dulu hingga sekarang itu adalah perusahaan energi, yang menyediakan energi terutama juga transportasi," ujar pria yang akrab disapa Heru ini, Kamis (26/7/2018).
Dengan perubahan dunia dunia otomotif yang semakin berkembang terutama mengenai pasokan energi, Pertamina harus melakukan sesuatu.
"Pertamina harus menshifting bisnisnya ke depan, juga harus ke bisnis energi yang bersih lingkungan," lanjutnya saat ditemui GridOto.com di Gedung Pertamina Research and Technology Center, Jakarta Pusat.
Salah satu strategi bisnis dalam menghadapi perkembangan teknologi kendaraan listrik adalah melakukan pengembangan energi baterai.
"Kami masuk untuk mensupport baterai dan memberikan energi bagi kendaraan listrik tadi," ucap Heru.
(BACA JUGA: Blak-blakan Paul Toar: Oli OEM Bikin Penjualan Produsen Oli Turun)
Langkah selanjutnya yang diambil Pertamina adalah bekerjasama dengan institusi pendidikan, yaitu UNS.
Dengan UNS bekerjasama dalam hal pengembangan baterai cells sebagai sumber energi kendaraan listrik.
"Pada saat kami launching pada 13 Juli 2018 lalu di UNS, itu juga sekaligus melakukan pengiriman pertama baterai itu ke ITS, Karena ITS yang akan mengembangkan motor Gesits," bilangnya.
Dalam awal ini, pengembangan baterai dikhususkan untuk keperluan motor Gesits.
Editor | : | Hendra |
KOMENTAR