Mesin tipe ini punya efek negatif berupa munculnya noise berlebih, getaran besar, dan torsi akibat momen inersia yang fluktuatif alias naik turun.
Makanya, untuk menghilangkan efek negatif itu Yamaha mengembangkan mesin dengan tipe crossplane crankshaft.
(BACA JUGA:Crash di F1 Jerman, Apakah Sebastian Vettel Terlalu Memaksakan Diri?)
Pada sistem crossplane crankshaft,empat piston meledak bergantian secara lebih rapat tiap 90 derajat.
Artinya, saat piston 1 meledak, 90 derajat berikutnya piston 2 meledak dan berturut turut sampai piston 4.
Sistem crossplane crankshaft membuat mesin bekerja lebih halus dan minim getaran.
Mesin ini dikembangkan oleh Masao Furusawa yang melahirkan proyek Yamaha YZR-M1.
Mesin crossplane crankshaft ini pertama kali dijajal oleh Valentino Rossi.
Masao Furusawa sendiri sempat kaget ketika mendengar komentar Rossi ketika pertama kali menjajal mesin crossplane ini.
(BACA JUGA:Fakta Alasan Mercedes Bingung Lakukan Pitstop di F1 Jerman)
Rossi mengatakan kalau motor terasa lambat, namun catatan waktunya lebih bagus dari motor sebelumnya.
Hal ini terjadi karena sistem crossplane ini sangat-sangat lembut dan jauh lebih halus sehingga rider tidak merasakan efek agresif sehingga mereka bahkan merasa motor tersebut sangat lambat.
Tujuan dibuatnya desain seperti ini adalah untuk memberikan tingkat redaman getaran mesin yang sempurna memanfatkan gaya tolak poros engkol yang saling bersilangan.
Hasilnya, Yamaha M1 mampu melakukan proses berbelok dan berganti arah dengan sangat stabil dan kontrol yang maksimal.
Makanya motor ini terkenal cepat, mudah berganti arah dan berkarakter mesin lembut.
Teknologi crossplane crankshaft juga diturunkan Yamaha ke Yamaha R1 terbaru.
Editor | : | Niko Fiandri |
Sumber | : | Motorplus.gridoto.com |
KOMENTAR