Sayang, Ade enggan membuka angka oktan temuan barunya tersebut.
Hanya disebut tidak berangka 98 seperti keluaran SPBU.
Jadi ada kemungkinan dua alat ukur.yang digunakan tidak akurat.
"Memang hasil yang didapat berbeda pada jenis BBM yang sama dikarenakan alat pengetesan di tempat ini berbeda dengan yang kami miliki," ujar Ade.
Alat tes yang digunakan tim ART Jakarta menggunakan metode celup sehigga alat tes mengalami kontak langsung dengan cairan BBM.
Sedangkan alat tes di Jakarta Timur menggunakan sensor sonar yang ditembakkan pada kandungan BBM.
"Alat tes kedua ini ternyata tidak bisa mendeteksi perubahan nilai oktan bila BBM sudah dicampur dengan bahan aditif seperti octane booster," tambah Ade.
(BACA JUGA: Pertamina Kecewa, Bahan Bakar Balap Beroktan 86 Disebut Pertamax Turbo )
Dari hasil yang berbeda ini, pihak ART Jakarta ingin adanya pertemuan dari pihak panitia dan juga penyuplai bensin.
"Hasil data yang keluar berbeda, ya sebagai bahan komparasi saja dulu untuk sementara," tutup Ade.
Lantas apa tujuan ART Jakarta mengangkat kualitas bahan bakar balap ke publik?
Menurut Ade, ia ingin panitia IRS memperbaiki prosedur balap.
Motor yang bisa start adalah motor yang mengisi bahan bakar lewat panitia dan disegel sebelum dipasangkan transponder.
Menurutnya, kru tim sudah menemukan ada peserta yang tak mengisi bahan bakar lewat panitia namun bisa dipasangkan transponder.
Dicurigai, ada tim-tim yang mengisi sendiri bahan bakar untuk motor mereka karena tahu kualitas bensin yang disediakan panitia kurang bagus.
Dari kasus ini, ada tiga kemungkinan.
Pertama alat ukur yang dipakai tim ART Jakarta dan lab rujukannya tidak akurat.
Kedua, panitia balap IRS tidak menjalankan prosedur isi bahan bakar sesuai aturan sehingga muncul kecurigaan kualitas bahan bakar tiap motor peserta berbeda.
Ketiga, Pertamina sslaku penyuplai bahan bakar tidak melakukan kontrol kualitas bahan bakarnya.
Editor | : | Iday |
KOMENTAR