GridOto.com – Penggunaan lampu hazard seringkali tidak dilakukan pada saat yang tepat.
Sesuai dengan undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ, Pasal 121 ayat 1, lampu hazard hanya boleh digunakan hanya dalam kondisi darurat.
Adapun UU tersebut berisi “Setiap pengemudi kendaraan bermotor wajib memasang segitiga pengaman, lampu isyarat peringatan bahaya, atau isyarat lain pada saat berhenti atau parkir dalam keadaan darurat di jalan”.
Kesalahan penggunaan lampu hazard ini masih sering ditemukan di jalan.
(BACA JUGA:Lho Kok CEO Mobil Listrik Enggak Mau Bikin Motor Listrik?)
“Saat ini justru penggunaan lampu hazard menjadi salah kaprah," ujar Jusri Pulubuhu, Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) kepada GridOto.com (12/6).
"Konvoi pakai hazard, masuk terowongan pakai hazard, hujan pakai hazard, itu hal yang sangat tidak benar,” ungkapnya.
Jadi, kapan waktu yang tepat menyalakan lampu hazard?
“Pada saat berhenti di badan jalan, lampu hazard dihidupkan," kata Jusri.
"Tujuannya untuk memberitahu pengguna jalan lain kalau sedang terjadi kondisi darurat,” tambah Jusri.
Hal senada juga diungkapkan oleh Andry Berlianto dari RDL (Rifat Drive Labs).
(BACA JUGA:Blak-blakan Paul Toar: SNI Wajib Pelumas Tindakan Sepihak!)
“Hazard dinyalakan hanya pada saat keadaan darurat dan posisi kendaraan berhenti," ucap Andry kepada GridOto.com (17/6).
"Seperti saat menepi di pinggir jalan ketika kendaraan mogok atau mengalami masalah,” Tututr Andry.
Nah, penggunaan hazard diwaktu yang tidak tepat tentunya akan membingungkan pengendara lain.
“Penggunaan lampu hazard saat kendaraan berjalan itu akan membahayakan orang lain," jelas Jusri lagi.
"Jadi, selain dalam keadaan darurat, tidak dibenarkan untuk menyalakan lampu hazard”, tutup Jusri.
Editor | : | Anton Hari Wirawan |
KOMENTAR