GridOto.com - Datsun Cross merupakan produk terbaru pabrikan mobil murah dari Nissan untuk negara berkembang.
Saat meluncurkan mobil tersebut beberapa waktu lalu, pihak Datsun mengklaim bahwa mobil ini bukan sebuah LCGC (Low Cost Green Car).
Apakah klaim tersebut sesuai dengan kenyataan dari hasil tes yang kami lakukan?
Secara tampilan, sulit dipungkiri Datsun Cross terlihat seperti GO+ dengan sedikit penyegaran, lalu diubah menjadi sebuah crossover.
Desain mobil setelah diproduksi ternyata melenceng dari konsep yang diperkenalkan Datsun pada Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2016.
(BACA JUGA: Apa itu Transmisi CVT di Datsun Cross? Ini Penjelasannya)
Bagian bumper Cross terlihat lebih berkelas dari kakaknya dengan nuansa sporti khas crossover dengan aksen hitam dengan motif carbon fiber dan panel silver.
Desain gril besar dengan kisi-kisi bermotif honeycomb khas Datsun masih terlihat pada mobil ini.
Datsun Cross memiliki desain lampu yang lebih agresif dengan model projector yang dipadukan dengan sein dan DRL (daytime running lights).
Yang unik dari mobil ini, ada dua buah foglamp berukuran cukup besar yang letaknya ada di dekat grill, seakan mencitrakan mobil reli pada Datsun Cross.
Desain samping mobil kental nuansa crossover dengan overfender dan panel berwarna hitam dengan sedikit aksen silver.
Di bagian atap tersemat roof rail yang punya kapasitas beban hingga 30 kg, cukup fungsional untuk membawa barang bawaan jika area kargo terbatas.
(BACA JUGA: Fitur VDC Di Datsun Cross, Bikin Berkendara Aman Nih.)
Kesan sporti Cross pun terasa di dalam kabinnya dengan motif honeycomb pada jok, serta motif carbon fiber di beberapa bagian dasbor dan cluster speedometer.
Dapur pacu yang digunakan oleh Cross masih mengandalkan mesin HR12DE yang juga digunakan oleh Datsun GO dan GO+.
Mesin tersebut memiliki konfigurasi tiga silinder segaris dengan kapasitas mesin 1.198 cc yang disalurkan ke roda depan (FWD) dengan transmisi manual 5 percepatan atau CVT.
Tenaga puncak yang dihasilkan oleh dua pilihan transmisi tersebut berbeda, untuk manual 68 dk di 5.000 rpm, sedangkan varian CVT mencatatkan angka 78 dk di 6.000 rpm.
Meski begitu, torsi tertinggi keduanya sama di angka 104 Nm di putaran mesin 4.000 rpm.
Saat kami melakukan tes akselerasi 0-100 km/jam, Datsun Cross CVT membukukan waktu 14,2 detik.
Kemudian untuk deselerasi dari 100-0 km/jam, mobil ini hanya membutuhkan waktu 41,8 meter.
(BACA JUGA: Impresi Berkendara Datsun Cross Dalam Media Drive Di Yogyakarta)
Tiba saatnya kami mengetes konsumsi BBM.
Untuk rute Dalam Kota dengan kecepatan rata-rata 22 km/jam, Datsun Cross meraih angka 15,1 km/liter.
Sedangkan pada rute Tol, mobil ini mencatat angka 21,2 km/liter dengan kecepatan rata-rata 90 km/jam.
Lalu bagaimana dengan kenyamanan dari Datsun Cross?
Konstruksi jok dari Cross memiliki busa yang lebih tebal, kenyataannya saat berkendara memang jok ini terasa lebih empuk dibanding mobil Datsun lainnya.
Namun, setir yang masih belum dilengkapi pengaturan tilt dan teleskopik menyulitkan pengaturan posisi berkendara ideal.
Di baris kedua, headrest minim yang menyatu dengan sandaran jok memunculkan kesan LCGC di kabin Cross.
Rasanya pun kurang nyaman bagi penumpang bertinggi badan lebih dari 170 cm.
(BACA JUGA: Datsun Cross Mengunggulkan 4 Fitur Ini Di Acara Media Test Drive Yogyakarta.)
Tak berhenti sampai di situ, di jok baris ketiga bahkan tidak disediakan headrest sama sekali.
Hal tersebut bisa mengurangi kenyamanan bagi penumpang belakang Datsun Cross.
Bicara soal kesenyapan kabin, meski mengusung konsep Cabin Quietness sebagai salah satu keunggulan, ternyata mobil ini masih tak lebih baik dari LCGC pabrikan rivalnya.
Saat mesin idle dan AC dinyalakan, Cross mencatat angka 43,6 dB pada pengetesan dengan dB meter.
Sedangkan saat AC dimatikan, layar di dB meter memperlihatkan angka 31,3 dB.
Ini mendandakan deruman kompresor AC cukup jelas terdengar di kabin.
Saat berkendara di kecepatan 60 km/jam, Datsun Cross mencatat road noise 67,3 dB.
Akomodasi Datsun Cross juga tak istimewa untuk sebuah mobil crossover.
Untuk tester bertinggi badan 178 cm, panjang legroom memang tak masalah, namun ruang kaki sedikit sempit untuk memberi fleksibilitas pergerakan kaki.
(BACA JUGA: Cihuy, Akhirnya Bisa Nyobain Datsun Cross di Jalan Raya)
Saat tester mencoba duduk di baris kedua dengan pengaturan jok depan ideal, legroom bagi penumpang belakang hampir tak tersisa meski headroom masih terbilang cukup.
Mengusung konfigurasi jok 5+2, tidak banyak yang bisa diharapkan dari bangku baris ketiga Datsun Cross.
Kursi baris ketiga ini sangat sempit bagi penumpang dewasa, sebaiknya diisi oleh anak kecil atau penumpang dengan tinggi badan kurang dari 150 cm.
Jika jok baris ketiga digunakan, area kargo Datsun Cross sangat kecil.
Jangankan koper, untuk tas sekalipun agak problematis untuk dibawa.
Namun saat jok baris ketiga dilipat, barulah ada ruang yang logis untuk menaruh tas dan koper di area kargo.
Kompartemen di dalam kabin masih terbilang cukup.
Ada dua buah cup holder di bagian tengah mobil
Lanjut ke aspek keasyikan berkendara, meski Datsun Cross memiliki ground clearance lebih tinggi dari GO+ (200 mm), mobil ini justru terasa cukup baik pengendaliannya.
(BACA JUGA: Handling Datsun Cross, Apakah Sama Dengan Go+ Panca?)
Ground clearance tinggi identik dengan gejala limbung, namun set suspensi Datsun Cross yang rigid masih mampu menangkal gejala itu dengan sangat baik.
Uniknya meski rigid, kami merasa bantingan suspensi Cross masih mampu memberikan kenyamanan.
Sayang sekali respons transmisi Datsun Cross masih belum memenuhi ekspektasi.
Di putaran rendah, transmisinya mampu menghantarkan tenaga dengan responsif.
Tapi menjelang di putaran tinggi, mendekati 3.000 rpm, laju mobil mulai terasa mengambang dan tak lagi berakselerasi dengan kuat.
Sekadar catatan, hal ini tidak kami temui pada Datsun Go+, yang menggunakan mesin sama namun dengan girboks manual 5 percepatan.
Kami menduga hal tersebut disebabkan oleh rasio sabuk baja CVT Cross yang diset hanya kuat untuk putaran rendah.
Hal tersebut kembali kami rasakan saat mencoba menyalip mobil di depan kami pada kecepatan jelajah.
Kami harus menginjak gas dalam untuk berakselerasi kuat, terlebih jika dipadu dengan tanjakan.
Menggunakan nomenklatur yang sama dengan transmisi dari Nissan (XTRONIC CVT), kami merasa kinerja dan respons transmisi Datsun ini sudah sangat halus.
Sebagai varian flagship dari Datsun, Cross juga memiliki fitur keselamatan yang lebih lengkap.
Berbeda dengan beberapa varian Datsun yang hanya memiliki 1 atau bahkan tanpa airbag, Cross dibekali dengan Dual SRS airbag.
(BACA JUGA: Begini Rasanya Nyetir Datsun Cross, Sesuai Ekspektasi?)
Pengereman sudah dilengkapi dengan ABS, plus fitur EBD, BA (brake assist), dan B-LSD (brake-limited slip differential) untuk mengoptimalkan pengereman.
Pengendalian mobil didukung oleh fitur VDC (Vehicle Dynamic Control) untuk menjamin kontrol saat bermanuver kencang.
Lalu bagaimana dengan value for money Datsun Cross?
Dilepas dengan harga Rp 161,49 juta untuk transmisi manual dan Rp 173,99 juta untuk yang bertransmisi CVT, Datsun Cross menawarkan banderol menarik untuk sebuah crossover.
Pun dengan ground clearance tinggi, yang membuat Cross lebih fleksibel melaju di beragam medan.
Lantas dengan segala plus-minus itu, apakah Datsun Cross mampu melarikan diri dari stigma mobil LCGC?
Benar bahwa Datsun Cross mengambil basis dari Datsun GO+ yang berstatus LCGC murni.
Tapi sematan fitur keselamatan yang dimiliki, juga aplikasi transmisi otomatis membuat Cross sedikit-banyak mampu meninggalkan kesan LCGC tersebut.
Bagaimana menurut Anda?
Editor | : | Trybowo Laksono |
KOMENTAR