Risk zone untuk airbag penumpang depan adalah 5-8 cm dari titik inflasi yang dapat menyebabkan cidera fatal.
Jarak yang disarankan dari titik inflasi adalah 25 cm, terhitung dari dada dan letak airbag.
Jika jarak tersebut tak terpenuhi, pengemudi dan penumpang dapat menggeser atau menyadarkan joknya ke belakang.
Tentu saja pengaturan tersebut tetap memperhatikan posisi nyaman dan ideal dalam mengemudi.
Dalam beberapa contoh kasus, airbag memang sebaiknya dimatikan.
Di beberapa mobil Eropa yang kami tes, memang ada fitur deaktivasi airbag dengan tombol yang beragam penempatannya.
(BACA JUGA: Ini Deret Fitur Terbaru di Range Rover dan Range Rover Sport 2018)
Pengemudi diperkenankan mematikan fungsi airbag pada mobil jika masuk ke dalam beberapa kategori di bawah ini:
- Untuk pengemudi dan penumpang depan - mereka dengan kondisi medis di mana risiko airbag yang terkembang melewati risiko dari benturan saat airbag dinonaktifkan.
- Untuk pengemudi (di samping kondisi medis di atas) -mereka yang tak bisa memposisikan tubuh secara pantas untuk setidaknya 25 cm dari posisi airbag.
- Untuk penumpang depan (di samping kondisi medis di atas) - mereka yang diharuskan untuk membawa bayi dengan gendongan bayi yang menghadap ke arah belakang karena mobil yang dikendarai tak memiliki bangku belakang, atau bangku belakang yang tak memadai untuk jok khusus anak kecil, atau memang diharuskan untuk terus menerus memeriksa kondisi medis anak tersebut.
Itulah beberapa poin penting yang wajib diketahui dan diterapkan terkait dengan airbag pada mobil.
Dengan mengikuti ketentuan-ketentuan tersebut, diharapkan kantung udara di mobil dapat berfungsi sebagaimana mestinya,bukannya malah mengakibatkan cidera.
Untuk video kami saat melakukan komparasi terhadap Toyota Yaris TRD Sportivo dan Honda Jazz RS, klik di sini:
Editor | : | Trybowo Laksono |
KOMENTAR