Jan Witteveen mengatakan saat ban depan digunakan terkadang terjadi deformasi pada permukaan ban.
"Itulah mengapa feeling pembalap berubah lagi dan lagi," ujar Jan Witteveen.
Jan Witteveen membandingkan ban Michelin dengan ban Brigestone yang sebelumnya menjadi penyuplai ban MotoGP.
Ban Michelin memiliki struktur yang jauh berbeda dengan ban Bridgestone.
(BACA JUGA: Ada yang Lucu Saat Proses Memindahkan Motor MotoGP Ala Tim Marc VDS)
Kerangka ban Brigestone lebih kaku dan keras lalu ditaruh kompon ban di struktur itu, sedangkan Michelin berbeda.
Michelin menggunakan kerangka yang lebih lembut dan kompon ban yang lebih keras, inilah sumber masalahnya.
"Dengan kerangka yang lebih lembut dan fleksibel, temperatur ban lebih cepat naik," ungkap Jan Witteveen.
Itulah yang membuat perilaku ban berubah saat balapan sedang berlangsung.
(BACA JUGA: Terpeleset Di Mana-Mana, Johann Zarco Terpaksa Melambat di Akhir MotoGP Qatar Semalam)
Hal seperti ini yang dialami oleh Johann Zarco di MotoGP Qatar 2018, dan bebebrapa pembalap di balapan lain.
Menurut Jan Witteveen, dengan kerangka ban yang lembut akan memicu deformasi, ini adalah kunci masalah menurut Jan Witteveen.
Karena jika kekuatan mesin lebih besar di ban belakang, permukaan ban akan mengalami lebih banyak deformasi.
Editor | : | Niko Fiandri |
Sumber | : | Speedweek.com |
KOMENTAR