Namun, kami menemukan hal yang unik pada mode E saat kami mencoba berkendara dengan mengurut gas.
Saat berakselerasi dengan perlahan dan mengendalikan rpm di putaran menengah, perpindahan gigi terasa halus untuk transmisi otomatis dengan sistem AMT.
(BACA JUGA: Menguji Wuling Cortez ke Berbagai Medan, Penuh Kejutan! )
Memang masih tak sehalus Innova, namun mendekati rasa transmisi otomatis hidraulis.
Di luar perpindahan gigi yang masih khas dari sistem AMT, ada temuan lain dari transmisi i-AMT milik Wuling Cortez.
Meski transmisi cukup responsif dalam mengikuti respon mesin yang bertenaga, pada mode S, kami beberapa kali menemukan gejala overrev yang membuat mengemudi terasa canggung terutama di dalam kota.
Beberapa kali putaran mesin dibiarkan sampai terlalu tinggi sebelum berganti gigi yang membuat kenyamanan mengemudi di dalam kota pada mode S berkurang.
Puas bermain di posisi D, kami pun mencoba mode manual dari Wuling Cortez, di situlah mobil ini mulai bersinar.
Mesin 1.800 cc bertenaga dari Cortez, didukung dengan pergantian gigi manual yang tak memerlukan pedal kopling merupakan kombinasi yang mengasyikan.
(BACA JUGA: Unik, Lahir Pas STNK Wuling Jadi, Bayi Diberi Nama 'Confero')
Saat berakselerasi, respons mesin dan transmisi sangat baik, tarikan mobil pun terasa saat pedal gas diinjak semakin dalam.
Penurunan RPM saat berpindah gigi tak separah saat berada pada posisi D.
Mengemudikan Cortez pada mode manual terasa seperti saat mengemudikan mobil manual dengan kopling.
Memang tak sempurna, tapi bagi pengemudi yang mengejar sensasi berkendara responsif bak mobil manual, hal ini merupakan nilai plus Wuling Cortez.
Hal unik lainnya, saat perpindahan gigi mengikuti anjuran rpm dari indikator gear shift yang ada pada speedometer, terbukti transmisi ini bisa terasa cukup halus.
Video ulasan tentang MPV termewah Honda di Indonesia, klik di sini:
Editor | : | Trybowo Laksono |
KOMENTAR