Kandungan komponen lokal bus tersebut ternyata sudah mencapai sekitar 60 persen berdasarkan chassis, interior sampai bodi yang sudah dilokalkan.
Kekurangannya adalah lamanya pengisian daya baterai dari kosong hingga penuh yang memakan waktu dua sampai tiga jam.
Cara tersebut masih bisa dipercepat dengan perangkat fast charging.
"Kami sekarang masih dua setengah jam ya (sekali pengisian). Tapi itu bisa jalan kurang lebih sejauh 250 km-300 km. Ke depan harus lebih cepat proses pengisian daya listriknya," tutur Moeldoko, Staf Ahli Kepresidenan yang mencoba bus listrik Maxvel kemarin (15/2/2018).
Namun Moeldoko terus berusaha meningkatkan kandungan lokal bus Maxvel seiring bertambahnya kapasitas produksi.
"Jadi kalau kami hitung-hitung berapa persen dari total lokal konten MAB, ya kurang lebih 60 persen lokal konten. Dalam pengembangan ke depan, kami belum bermitra tetapi brainstorming sudah mulai beberapa perusahaan asing mendekat ke kami. Di antaranya dari Jerman, mereka juga ingin mass produksinya di Indonesia. Di antaranya seperti pengembangan suspensi, steering system, brake system," papar Moeldoko.
Untuk saat ini baterai pada bus tersebut masih buatan para teknisi dari MAB.
(BACA JUGA: Makin Enggak Aman, Video Maling Ternyata Bisa Bongkar Kunci Motor Setang Kanan)
Namun ke depan, MAB ingin bekerjasama dengan perusahaan pembuat baterai dari negara lain seperti Korea, Australia, Jepang hingga Eropa.
Artikel sudah ditayangkan Tribunnews.com dengan judul Bus Listrik Transportasi Massal Karya Anak Bangsa yang Patut Dibanggakan kata Moeldoko
Editor | : | Niko Fiandri |
Sumber | : | Tribunnews.com |
KOMENTAR