GridOto.com - Cara berkendara tentu saja harus menyesuaikan dengan medan yang akan dilewati.
Biasa berkendara di jalan aspal, saat bertemu dengan medan yang menjurus ke off-road, tentu cara mengemudi juga harus berubah.
Misalnya saat berkunjung ke desa atau pedalaman sebuah daerah dengan trek tanah lunak atau berbatu.
Apalagi jika trek off-roadnya berupa tanjakan, tentu harus disikapi dengan cara pandang berbeda dengan saat menghajar jalanan aspal.
Menurut Momon S Maderoni, Konsultan Indonesia SmartDrive, saat berada dalam situasi demikian, kalau tidak yakin sebaiknya pengemudi turun dari mobil dulu untuk melihat kondisi jalan lebih dekat.
(BACA JUGA: Video Bajing Loncat Mencuri Barang dari Sebuah Truk di Siang Bolong)
Dari situ pengemudi bisa mempertimbangkan kondisi permukaan jalan, pijakan ban, titik di mana harus mulai bejek gas dan sebagainya.
Kemudian pengemudi juga harus tahu spek dari mobilnya.
Seperti menggunakan penggerak roda depan atau belakang, serta ground clearance yang memungkinkan atau tidak.
Yang terpenting adalah soal me-manage power dari mesin.
"Saat di off-road istilah saya maintain power, kapan gas kapan tidak, itu banyak korelasinya dengan pengalaman," ucap Momon seperti dikutip dari kompas.com.
"Kunci utama di roda depan, kalau dapat, yang lain bisa ngikut," ujarnya.
"Melintasi medan off-road itu bisa main hajar saja, tapi kan tidak ada konsep safety-nya," sebut Momon.
"Kalau bisa mengandalkan traksi, kenapa harus ngebut?" katanya.
(BACA JUGA: Cara Ganti Sekring Mobil Yang Benar, Lebih Mudah Dari Ganti Pacar Sob)
Momon juga menekankan pada asumsi yang salah, kalau mengira jika pedal gas ditekan makin dalam maka torsinya semakin besar, sebab kurva torsi menurun setelah mencapai puncak.
Karenanya pengemudi harus memahami kapan torsi berada di puncak putaran mesin.
Terakhir, Momon mengingatkan soal kemudi yang mudah kehilangan arah.
Solusinya adalah dengan mengingat berapa kali setir sudah diputar baik ke kiri maupun kanan.
Editor | : | Fendi |
Sumber | : | Kompas.com |
KOMENTAR