(BACA JUGA: Gokil! Tanpa Dosa Backhoe Ini Jalan Lawan Arus di Tengah Kemacetan Daerah Cibubur)
"Mobil pertama rem sedikit, dan yang di belakangnya rem sedikit tambah lama, bahkan saat mobil meninggalkan gelombang lalu lintas ini, efek kemacetan perlahan berayun ke belakang, berlawanan dengan arah lalu lintas," katanya.
Seibold dan para peneliti lainnya menyebut fenomena ini sebagai kemacetan hantu yang panjangnya antara 100 meter hingga satu kilometer.
Mereka pun mencoba mengembangkan konsep gelombang ini dengan menggunakan algoritme komputer yang mensimulasikan perilaku mengemudi.
Selain Seibold dan kolega, para peneliti dari Jepang juga telah melakukan eksperimen di dunia nyata, dan memperoleh kesimpulan yang sama.
(BACA JUGA: Mau Tahu Info Macet di Tangerang, Gunakan Aplikasi Tangerang Live)
Mereka menginstruksikan 22 pengemudi untuk berkendara di jalanan melingkar dengan kecepatan yang sama (18,6 mph) dan mempertahankan jarak antar mobil.
Hasilnya, para pengemudi yang awalnya bergerak teratur mulai kehilangan kontrol kecepatan, mengerem dan menyebabkan kemacetan beruntun.
Berdasarkan model-model di atas, dapat dilihat bahwa kemacetan lebih sering terjadi ketika para pengemudi berusaha menyetir secepat mungkin dan mengerem agar tidak menabrak mobil di depannya.
Oleh karena itu, Seibold pun berpendapat bahwa kemacetan dapat dihindari apabila pengemudi bisa mengantisipasi kepadatan lalu lintas di depan mereka.
Kemudian mengurangi kecepatan dan menyisakan jarak yang cukup dengan mobil di depan mereka, tanpa harus melakukan pengereman.
Editor | : | Iday |
KOMENTAR