Bisa dibilang kampus tempat Bowo menempuh pendidikan adalah Harvard-nya sekolah desain mobil.
"Masuknya susah, keluarnya lebih susah lagi. Saya pikir sekolah desain itu santai, ternyata celaka," aku Bowo.
Sebagai kampus seni, rupanya materi yang diajarkan tak melulu soal menggambar atau mendesain.
"Tapi berpikir solusi, kemudian juga dibiasakan habit yang baik," terangnya.
Setelah lulus dari sana, Bowo langsung melanjutkan bisnis ayahnya di Jakarta.
Bisnis pelek dan ban yang ditekuninya ini menurutnya punya kaitan dengan ilmu yang dipelajarinya sewaktu di kampus.
"Saya dapat kata-kata ini dari guru saya. Jadi kalau mau berhasil harus tetap di rambunya," tuturnya.
Makanya, output Permaisuri ban masih dalam kaidah standar safety.
"Ini agak sesuai dengan yang kami kerjakan sekarang. Kami modifikasi, beda dengan standar, tapi harus tetap di rambunya. Tetap keselamatan yang utama," tutup Bowo.