Tegaskan Tetap Lanjut Balapan, Nasib KTM di MotoGP Masih Diragukan

Rezki Alif Pambudi - Minggu, 22 Desember 2024 | 22:45 WIB

Nasib KTM di MotoGP masih diragukan (Rezki Alif Pambudi - )

GridOto.com - Di tengah kebangkrutan, KTM berulang kali menyatakan komitmennya untuk tetap balapan di MotoGP 2025.

Termasuk yang terakhir setelah didesak para krediturnya keluar dari MotoGP, KTM menjawab keraguan dengan merilis sebuah video pendek.

Video berjudul 'Rising Stronger – KTM Is Here To Stay!' tersebut berisi cuplikan kiprah KTM, di berbagai ajang dari kejuaraan motocross hingga MotoGP.

Namun meski sudah memberikan statement resmi hingga video, masih banyak orang yang meragukan masa depan KTM di Grand Prix.

Masih banyak yang tidak yakin apakah benar-benar proyek KTM bisa berjalan, karena balapan di MotoGP sama sekali tidak murah.

Banyak pengeluaran besar dari mulai gaji pembalap dan para karyawan, biaya akomodasi, serta biaya pengembangan motor.

Pengembangan motor KTM pun diragukan akan berjalan lancar karena kemungkinan akan ada pemotongan anggaran belanja besar-besaran di MotoGP 2025.

Untung saja dalam aturan terbaru, KTM dan para pabrikan Eropa akan menjalani pembekuan mesin sehingga mereka tidak perlu mengeluarkan biaya pengembangan mesin.

Sedangkan untuk part-part selain mesin, pabrikan Austria itu harus tetap melakukan pengembangan jika ingin kompetitif melawan pabrikan lain.

Baca Juga: Berkat Bebek Vespa Ajaib, Ini Cerita Lucu Marco Bezzecchi Gabung VR46 Riders Academy

Selain itu KTM juga masih punya tanggungan untuk mengembangkan mesin versi 850 cc, yang akan digunakan untuk MotoGP 2027 mendatang.

Hal itu harus tetap dilakukan kalau mereka masih ingin lanjut balapan MotoGP, setelah kontrak mereka dengan Dorna Sports berakhir pada 2026 mendatang.

Belum lagi ditambah pengeluaran di proyek Moto2 dan Moto3, serta beberapa ajang balap junior di mana KTM dikenal terlibat cukup dalam di kategori tersebut.

Jadi secara logika saran dan desakan para kreditur untuk mundur dari MotoGP juga cukup tepat, karena akan menghemat banyak anggaran.

Namun di sisi lain juga ada ancaman denda penalti dengan nominal yang besar jika pabrikan memutus kontrak secara sepihak.