GridOto.com - Indonesia pernah mencatatkan sejarah yang belum pernah terjadi di dunia.
Karena sudah pernah menaikan harga BBM hingga 120 persen!
Momen dramatis itu terjadi pada Oktober tahun 2005.
Saat itu terjadi pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Kala itu, pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM hingga mencapai lebih kurang 100 persen.
Padahal, pada Maret di tahun yang sama, harga BBM baru juga naik sekitar 20 persen.
Mengenai kisah ini, Wakil Presiden ke-10 dan 12 RI, Jusuf Kalla atau akrab disapa pak JK ceritakan detail tersembunyi dari keputusan saat itu.
Baca Juga: Premium Distop, Segini Harga Pertalite Saat Pertama Kali Dijual di Indonesia
Dalam podcast bertajuk 'Ruang Sahabat' bersama mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, JK mengungkapkan keputusan menaikkan harga BBM tersebut dibuat dengan cepat.
Menurut JK, saat itu negara sedang defisit anggaran sehingga harus ada pengeluaran yang harus dikurangi. Akhirnya, diputuskan subsidi BBM dikurangi.
"Wah ini negara defisit’. Ya defisit berarti harus ada yang dikurangi pengeluaran ini. Subsidi kita keluarin, naikkan BBM, naik 120 persen. Enggak pernah terjadi di dunia itu. Itu saya hanya bikinnya kita setuju, SBY setuju, ayo kita naikkan. Kapan? besok,” kata JK dikutip dari YouTube Mahfud MD Official, (25/11/24).
Keputusan tersebut diakui JK sebagai hal yang berani karena risikonya pasti akan menimbulkan gejolak di masyarakat.
Tetapi, di sisi lain, keputusan itu harus diambil karena kondisi keuangan negara yang defisit.
"Iya (kenaikan BBM tertinggi) karena itu tidak akan (ada yang) berani itu," ujarnya.
JK pun mengungkapkan, salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk meredam gejolak adalah mengumumkan kenaikan harga BBM dua hari sebelum bulan puasa.
Baca Juga: Harga BBM Naik, Kebiasaan Ini yang Bikin Mobil Boros Bahan Bakar
Sehingga, masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk turun ke jalan.
"Cuma cari timing. Oh karena ini nanti hari Selasa mau Ramadhan, mau puasa jadi kita putuskan hari Sabtu, umumkan hari Minggu supaya tidak ada persiapan untuk demo. Kalau bulan puasa tidak ada demo kan," katanya.
Hanya saja, menurut JK, pemerintah saat itu tak hanya menaikkan harga BBM.
Tetapi, memberikan bantuan langsung tunai (BLT) kepada masyarakat yang kurang mampu.
Sehingga, bantuan yang sampai lebih tepat sasaran dibanding subsidi BBM.
"Jadi naik tinggi, kasih BLT, tidak ada demo. Walau naik 120 persen, dengan penjelasan yang baik," ujar JK.
Melansir pemberitaan Kompas.com pada 2005, pemerintah menaikkan harga BBM sebanyak dua kali.
Baca Juga: Vespa Excel Jadi Kado Perpisahan Dari Paspampres Untuk Jusuf Kalla
Pada Maret 2025, harga BBM naik 32 persen untuk premium dari Rp 1.810 menjadi Rp 2.400 per liter.
Sedangkan solar naik dari Rp 1.650 menjadi Rp 2.100 per liter atau 27 persen.
Kemudian, pada 1 Oktober 2005, pemerintah kembali menaikkan harga BBM secara signifikan.
Harga premium naik dari Rp 2.400 menjadi Rp 4.500 per liter atau mengalami kenaikan 87 persen.
Kemudian, harga solar naik dari Rp 2.100 menjadi Rp 4.300 per liter atau sekitar 105 persen.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, Anggito Abimanyu, dalam opininya yang tayang di Kompas.com pada 1 Maret 2012 menuliskan harga minyak dunia meroket pada 2005.
Saat itu, harga minyak dunia naik dari 25 dollar AS per barrel menjadi sekitar 60 dollar AS per barrel.
Baca Juga: Waduh! Wapres Jusuf Kalla Pernah Terjepit Kaca Mercedes-Benz S600 Guard Seberat 100 Kg
Akibatnya, beban subsidi BBM melonjak dari Rp 21 triliun menjadi Rp 120 triliun apabila harga BBM tidak dinaikkan.
Anggito pun menyebutkan, kenaikan harga BBM tersebut telah menolong perekonomian dari dua masalah makro ekonomi.
Pertama, pemborosan anggaran. Kedua, gejolak rupiah.
Menurut Anggito, dengan kenaikan harga BBM juga terjadi penghematan konsumsi BBM.